Mohon tunggu...
Maria Tanjung Sari
Maria Tanjung Sari Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger-Content Writer-Content Placement Artikel di Blog-Jasa Review Produk dan Jasa di Blog Untuk kerja sama bisa email di titikterang751@gmail.com

Blogger Surabaya yang mengelola beberapa blog diantaranya santaisore.com , sahabatcurhat.my.id , curhatyuk.my.id dan masih banyak lagi Senang menulis mengenai dunia HRD, suka mengamati perilaku sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seni Mendengarkan Orang Lain, Kemampuan untuk Membangun Hubungan Sosial

26 Juni 2024   09:14 Diperbarui: 26 Juni 2024   09:31 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Credit Photo: Freepik

Pernah tidak kalian merasa kesal dengan teman yang maunya hanya ingin didengar saja, namun tidak ingin mendengar. Misalnya saja punya teman yang ketika ada masalah selalu curhat panjang kali lebar kepada kalian. Namun ketika kalian yang punya masalah dan hendak curhat, eh si teman itu seolah tak peduli. 

Tidak ada konsep timbal balik dalam hubungan pertemanan kalian. Tentunya sedih donk manakala punya teman yang egois, hanya ingin didengar namun tidak ingin mendengarkan. Kalaupun mendengar, tapi tidak menyimak dengan seksama, bagi saya kok rasanya sama juga bohong ya.

Disini saya tidak ingin menyinggung konsep timbal balik dalam sebuah hubungan pertemanannya, namun lebih kepada kemampuan mendengarkan orang lain dengan mengesampingkan ego pada diri sendiri. 

Tentunya dalam hidup bermasyarakat, kita ingin menampilkan citra diri yang baik. Salah satunya adalah dengan memiliki kemampuan untuk mendengarkan orang lain. Bukan hanya mendengar, namun juga mendengarkan sebagai sebuah tindakan secara aktif dalam merespon apa yang diutarakan oleh lawan bicara.

Seni mendengarkan orang lain tentu saja memiliki makna yang sangat luas, dan terjadi di setiap aspek kehidupan. Beberapa contoh seni mendengarkan orang lain:

  • Dalam hubungan bisnis, kita harus bisa mendengarkan apa yang menjadi keinginan pelanggan.
  • Dalam dunia pendidikan, seorang pengajar harus bisa mendengarkan apa yang menjadi kendala siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung.
  • Dalam keluarga, orang tua dan anak setidaknya memiliki keterampilan mendengarkan agar keduanya bisa saling memahami apa yang menjadi hak serta kewajiban di rumah maupun di luar rumah.
  • Dalam dunia kerja, ketika pimpinan dan anak buah memiliki keterampilan mendengarkan maka akan menciptakan suasana kerja yang kondusif sehingga target pun bisa tercapai. 

Tentu saja seni mendengarkan orang lain harus dilakukan oleh kedua belah pihak yang sedang melakukan komunikasi. Kita tidak bisa menjadi orang egois yang hanya ingin didengar ketika punya masalah. Setelah orang lain mendengarkan apa yang kita sampaikan, maka sudah sewajarnya kita juga berusaha untuk mendengarkan secara aktif apa yang menjadi keluhan atau uneg-uneg lawan bicara.

Lalu bagaimana agar keterampilan mendengarkan kita menjadi lebih terasah? Berikut akan saya uraikan secara sederhana bagaimana cara mengasah seni mendengarkan orang lain agar menjadi keterampilan untuk diri sendiri ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Cara Agar Memiliki Keterampilan Dalam Mendengarkan Orang Lain

1. Tidak Memotong Pembicaraan

Seringkali saya menemukan teman yang suka memotong pembicaraan. Entah apa karena sudah menjadi watak dari individu tersebut, namun menurut saya apabila kalian menyadari kalau suka memotong pembicaraan orang lain, maka mulai sekarang latihlah diri sendiri untuk menahan tidak melakukannya.

Dengarkan lawan bicara ketika mereka sedang berbicara denganmu. Simak apa yang mereka sampaikan dan jangan sampai ada yang terlewat. Tentu ketika kalian sudah mendengarkan apa yang disampaikan lawan bicara, maka dengan mudah memahami apa inti dari yang telah disampaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun