Seperti apa sih kriteria artikel yang bisa menjadi headline di Kompasiana. Awal bergabung sebagai Kompasianer, tentunya saya banyak mempelajari sistem menulis di sini. Lalu saya mulai penasaran kenapa yang muncul selalu artikel milik member yang itu-itu saja. Ternyata member tersebut memang aktif menulis di Kompasiana, dan hebatnya lagi mungkin dalam sehari bisa menulis lebih dari satu artikel. Impresinya juga sangat banyak dibanding saya yang mentok mendapat respon terbanyak sebesar 10.
Saya mulai merasakan kegembiraan manakala artikel saya diapresiasi oleh para Kompasianer senior (salam hormat untuk para Kompasianer Senior yang selalu memberikan apresiasi positif di setiap artikel saya). Lalu saya pun mulai belajar dari Bapak dan Ibu para Kompasianer senior yang memang tulisannya sangat bagus untuk saya yang pemula ini.
Kami saling mengenal dengan cara saling berkunjung ke artikel sesama Kompasianer. Dari artikel yang ditulis oleh member lain, saya juga bisa tahu bahwa seorang Kompasianer ternyata sedang bermukim di luar negeri, maupun kota lainnya di Indonesia.
2. Bisa Belajar Gaya Kepenulisan Kompasianer Lain
Nah, ini point yang paling penting semenjak saya bergabung menjadi member Kompasiana. Saya bisa belajar langsung dari artikel yang ditulis oleh para Kompasianer lainnya. Sebagai seorang blogger, saya berusaha mengosongkan gelas dari air di dalamnya. Saya berusaha untuk terus belajar dan belajar memperbaiki kualitas tulisan yang dihadirkan untuk pembaca blog saya.
Tetap rendah hati menjadi kunci utama dalam mempelajari sesuatu hal, karena Kompasianer senior dengan point yang sangat tinggi masih berkunjung untuk membaca artikel saya.Â
3. Menambah WawasanÂ
Seharusnya menjadi penulis atau blogger itu memiliki wawasan yang luas. Namun, apa daya ketika membaca sebagian besar artikel di Kompasiana, akhirnya mengakui bahwa wawasan saya belum seluas yang diri ini kira.
Ternyata masih banyak destinasi wisata di Indonesia yang belum saya ketahui. Setelah saya membaca salah satu ulasan dari Kompasianer mengenai destinasi wisata di daerah tempat tinggal beliau, barulah wawasan saya bertambah.
Ternyata ada istilah-istilah yang saya baru tahu maknanya, seperti FOMO, FOPO dan YOLO. Akhirnya saya bisa memahami seperti apa sih ketika seseorang terkena FOMO dan FOPO dimana dikhawatirkan dapat mengganggu kesehatan mental seseorang.
Dan masih banyak "ternyata" yang lain dimana setelah sering membaca artikel di Kompasiana, wawasan pun menjadi lebih banyak bertambah. Tak perlu malu ketika menydari diri ini kurang wawasan. Saya justru merasa malu ketika tidak mau belajar untuk upgrade skill dan juga upgrade knowledge. Usia bukan jadi penghalang seseorang untuk terus mengasah kemampuan agar bisa berkembang menjadi individu yang lebih baik lagi.
Penutup
Senang sekali rasanya bisa menjadi bagian dari keluarga besar Kompasiana. Semoga tahun depan jika ada program Tebar Hikmah Ramadan, saya bisa mengikutinya kembali dengan cara konsisten menulis selama 30 hari di Kompasiana.
Semoga pencapaian dalam bidang kepenulisan di tahun 2022 ini menjadi motivasi bagi saya untuk menulis artikel-artikel di Kompasiana yang lebih bermanfaat untuk dibaca oleh masyarakat luas.