Challenge menulis dari Komunitas ISB kali ini sedikit unik karena temanya adalah Diary atau buku harian. Kami para peserta TRIDOP (Three Day One Post) diminta untuk membuka kembali buku harian yang dimiliki serta menceritakan satu peristiwa yang paling berkesan selama hidup kini. Tentu challenge akan lebih mudah manakala peserta memiliki buku harian. Namun bagaimana yang tidak memiliki buku harian seperti saya? Darimanakah saya mengambil kisah inspiratif untuk diceritakan? Bersyukur saya masih punya stok cerita inspiratif meskipun tidak tertulis dalam buku harian.
Terkadang peristiwa berkesan dalam hidup ini mudah untuk saya ingat, meskipun tidak ditulis di dalam buku harian. Namun berkat challenge ini, saya rasa perlu juga memiliki diary walau mungkin dalam bentuk digital, seperti di smartphone misalnya. Jadi akan lebih praktis, manakala saya menemukan peristiwa menarik di perjalanan, saya tidak perlu repot mengeluarkan buku harian, cukup menulis di smartphone yang dimiliki.
Pengalaman hidup paling berkesan yang mungkin tidak hanya saya alami namun juga bagi beberapa masyarakat Indonesia di luar sana, adalah ketika pandemi COVID 19 yang terjadi di tahun 2020 lalu. Banyak cerita dan curahan hati teman yang terkena imbas dari pandemi kala itu. Dari cerita itulah saya banyakÂ
Berbicara mengenai buku harian, sebenarnya apakah masih relate digunakan oleh individu di masa sekarang? Jawabannya tergantung. Yup, tergantung kita yang menjalaninya. Kalau saya sebagai pribadi yang saat ini berusaha menjalani hidup minimali, berusaha untuk tidak memiliki barang yang terlalu banyak. Sekiranya bisa saya simpan dalam bentuk digital, maka akan saya lakukan.
Demikian halnya dengan diari atau buku harian, dimana pada beberapa kesempatan memang perlu untuk menuliskan berbagai peristiwa yang kita alami, mulai dari peristiwa receh sampai peristiwa penting sekalipun. Apalagi bagi saya yang seoran blogger ini, melihat peristiwa sekecil apapun langsung bisa deh dijadikan bahan tulisan, hehehe.Â
Diary Digital Untuk Mengumpulkan Kenangan
Banyak sekali manfaat apabila seseorang memiliki diary, antara lain:
- Untuk sekadar curhat melampiaskan kesedihan juga rasa bahagia yang dialami saat itu
Pengalaman bekerja untuk pertama kali yang membuat kita excited bisa banget dituangkan ke dalam tulisan di buku harian. Bagaimana kita menghadapi berbagai karakter rekan kerja, lalu bagaimana kita menyelesaikan tanggung jawab pekerjaan setiap harinya.
Pengalaman ketika diwisuda menjadi sarjana bisa jadi merupakan pengalaman yang tak terlupakan, sehingga kita menjadi begitu antusias menulisnya di buku harian.
- Sebagai pengingat atas suatu persitiwa yang terjadi dalam hidup kita
Bagaimana seseorang yang hidupnya mendadak seperti roller coaster ketika pandemi Covid 19 terjadi di Indonesia dan berdampak pada dirinya, bisa jadi pengingat bagi dirinya sehingga ditulis di diary atau buku harian. Ketika pandemi berlalu, mungkin tulisan tentang dampak pandemi terhadap dirinya bisa menjadi pengingat untuk selalu antisipasi terhadap kejadian tak terduga dalam hidup ini.
- Sebagai pengingat atas target dan rencana hidup yang ingin dicapai.
Dulu waktu remaja, saya suka sekali membuat planning kegiatan apa yang harus dilakukan setiap harinya. Bahkan ada target yang harus saya capai untuk jangka waktu tertentu. Sayang sekali, saya tidak mengabadikan planning dan target tersebut ke dalam diary, sehingga saya sudah tidak ingat lagi. Meskipun ingat, hanya sebagian yang mampu saya ingat akan target hidup tersebut.Â