Filsafat Nietzsche adalah pendekatan untuk memahami 'kebenaran'sebutan "sang pembunuh Tuhan," yang diambil dari karyanya Also sprach Zarathustra. Dalam pemikirannya, Nietzsche mengkritik kebudayaan Barat dan melakukan peninjauan ulang terhadap nilai-nilai yang ada, menolak pandangan dogmatis serta menekankan pentingnya perspektif individu dalam memahami realitas. Nietzsche mulai mendalami filsafat setelah terpengaruh oleh karya Schopenhauer, sehingga dapat dikatakan bahwa Schopenhauer memiliki dampak besar pada pemikiran Nietzsche.
Pemikiran Utama Nietzsche
1. Kehendak Untuk Berkuasa
Kehendak untuk berkuasa (Will to Power) yang dikemukakan oleh Nietzsche dapat dilihat pada generasi muda yang berani terjun ke dunia startup. Mereka sering kali menolak norma-norma pekerjaan yang konvensional dan lebih memilih untuk menciptakan peluang bisnis yang inovatif dan sesuai dengan nilai-nilai pribadi mereka. Misalnya, banyak pendiri platform teknologi memulai usaha mereka dengan visi yang unik dan berbeda dari standar pasar yang ada. Tindakan ini mencerminkan keberanian dan tekad untuk membentuk jalan hidup baru, yang merupakan ciri khas dari bermensch.
2. Moralitas Tuan dan Budak
Contoh lain dari penerapan pemikiran Nietzsche dapat ditemukan dalam gerakan sosial kontemporer seperti Black Lives Matter dan advokasi untuk hak-hak LGBTQ. Gerakan ini menunjukkan bagaimana individu atau kelompok berani menantang norma-norma tradisional demi menciptakan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan penerimaan. Pendekatan ini sejalan dengan gagasan Nietzsche tentang perlunya "membongkar" moralitas lama (yang ia sebut moralitas budak) dan menggantinya dengan sistem nilai baru yang lebih relevan dengan kondisi masyarakat saat ini.
3. Relativisme Etis dalam Media Sosial
Di era media sosial, banyak anak muda tidak lagi terikat pada nilai-nilai moral absolut. Sebaliknya, mereka cenderung memvalidasi tindakan mereka berdasarkan konteks, kebutuhan, dan preferensi pribadi. Pandangan Nietzsche bahwa kebenaran adalah hasil dari interpretasi subjektif sangat terlihat dalam fenomena ini, di mana berbagai perspektif diekspresikan melalui platform seperti Twitter dan TikTok, menciptakan ruang bagi dialog yang lebih terbuka dan beragam.
4. Kritik terhadap Dogma Agama Tradisional
Munculnya ateisme dan spiritualitas non-tradisional di kalangan pemuda modern mencerminkan gagasan Nietzsche bahwa "Tuhan telah mati", menunjukkan bahwa dogma agama tidak lagi menjadi pedoman utama bagi banyak orang. Sebagai gantinya, individu kini mencari makna melalui pengalaman hidup pribadi, eksplorasi diri, atau komunitas berbasis nilai yang lebih fleksibel dan inklusif.
Pemikiran Nietzsche tentang penciptaan nilai dan kehendak untuk berkuasa tetap relevan di era modern ini. Ia menginspirasi banyak individu untuk tidak hanya mempertanyakan norma-norma lama tetapi juga untuk menciptakan jalan hidup yang otentik sesuai dengan keunikan masing-masing.
Dengan demikian, konsep bermensch menjadi panduan bagi mereka yang ingin melampaui batasan tradisional dan menemukan makna baru dalam kehidupan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H