[caption id="attachment_332518" align="aligncenter" width="530" caption="Gubernur DKI Joko Widodo (Pic: metro.news.viva.co.id) "][/caption]
Gubernur terdahulu kau cari kabarnya, kau tanya "dimanakah dia.?"
Sekarang Gubernur-mu di got, di gorong-gorong, di pembuangan sampah kotoranmu, ke tempat yang dengan segera engkau menutup mulut dan membuang ludah pun enggan, namun itu pun menjadi keirian bagimu.
Namun jika iri, mengapa kau tak ikut saja ke got? paling tidak, datanglah untuk sekedar bertanya, bagaimanakah dia? sudah makankah dia? sehatkah dia? istirahatkah dia? walau menyakitkan mendengarnya kala itu cuma basa basi.
Dikala katanya kau berdoa buat bangsa, menangis agar Sang Pencipta melahirkan pemimpin yang berintegritas, sepintas kau begitu tampak suci ditambah air mata mengalir dengan wajah menengadah ke atas.
Ketika dunia menimbang, mempercakapkan, lalu memutuskannya masuk dalam jajaran sosok pemimpin yang pantas ditiru dan menginspirasi dunia, entah apa yang terjadi denganmu lagi, telingamu begitu panas, ego-mu gelisah, mukamu bagai bara.
Hahahah... padahal seharusnya kau tak perlu khawatir, kenyataannya kau dan aku lah yang tau... karena sesungguhya disini dia bagai dijadikan budak.
Tak mudah tersulut, memilih diam, muka tak semarak, tidak tampan, tidak gagah, tak suka membalas dan teramat sering dia berkata " sudahlah nak, biarkan saja mereka, aku gak apa..." sungguh ! kau jadikan dia objek hinaan paling enteng di muka bumi!
Dihina, lalu kau ludahi dengan kata-katamu, Ia masih saja tetap diam dengan tangan dan kaki berlumpur di tengah hujan lebat yang membanting tubuh kerempeng-nya sembari membersihkan kotoran sampahmu.
Tragis! Tak dianggap bagai Habibie, dibuang bagai Sri Mulyani, Sekarang kau sudah menjadi sang ahli, sudah terlatih dan semakin mahir, menginjak-nginjak Gubernurmu sendiri, yang tak peduli jikalau ia harus sendiri bersamamu membangun negeri.
Bangsa yang mengasihimu tak habis pikir menangis melihat tingkahmu, bangsa yang membencimu tertawa dari dekat.