Setuju ketika pemerintah melalui Menkominfo (Kementerian Komunikasi & Informasi ) melalukan pemblokiran terhadap media blog Tumblr. Walaupun saya seorang blogger tetapi jika memang pemblokiran Platform tersebut bertujuan untuk melindungi masyarakat, kenapa tidak? gak lucu kan, kalau saat anak-anak belajar menulis eh konten porno seliweran disana. (Foto:kompas.com)
Penting bagi Menkominfo melakukan pemblokiran Tumblr yang menampilkan video porno untuk melindungi masyarakat dan anak-anak yang tidak mengerti apa-apa (baca: trik bypass)dan terpengaruh dampak konten porno), dimana walaupun sebuah situs sudah di blokir kenyataannya mungkin masih bisa diakses dengan cara-cara tertentu.
Direktur e-Business Kemenkominfo sudah menandatangani surat dan sudah mengirimkan ke ISP (Internet  Service Provider). Dalam 1-2 hari kedepan Tumblr akses akan ditutup. (bagi pengguna Tumblr sebaiknya bersiap-siap)
Blokir dulu baru komunikasi adalah penting, sembari menunggu kebijakan Tumblr sendiri apakah akan menampilkan konten porno atau tidak. Jika Tumblr sendiri memutuskan tidak memuat konten pornografi dalam platformnya, mungkin  Tumblr bisa tetap di akses oleh masyarakat. Yah, walaupun hal ini terlepas dari masih banyak konten-konten pornografi yang kita temukan di berbagai situs yang belum diblokir.
Tumblr sendiri merupakan  perusahaan media blog yang didirikan oleh seorang anak muda bernama David Karp seorang anak muda yang cerdas, pintar dan kaya (seperti pendiri Facebook Mark Zuckerberg), dimana perusahaan itu kemudian dibeli oleh Yahoo dengan haga fantastis senilai 1.1 miliar dollar AS atau sama dengan Rp 10 triliun. David Karp juga menjadi tokoh di balik kesuksesan Video di iTunes Next New Networks yang akhirnya diakuisisi oleh Google melalui Youtube.
Nah, siapa yang tau apa yang terjadi kemudian ketika Tumblr menjadi salah satu platform pornografi? bagaimana dengan mereka yang menjadikan Tumblr sebagai media menuangkan ide dan pikiran positif dalam blog di Tumblr? atau sekedar berbagi foto lucu, tempat-tempat menarik? Â Mhh, agaknya mesti bersabar dahulu demi kepentingan masyarakat yang lebih banyak, atau mungkin mulai mencoba berbesar hati beralih ke platform lainnya sebagai media tempat kamu menuangkan ide dan cerita kamu.Kompasiana gitu? :)
Written by: Ria Citinjaks
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H