Mohon tunggu...
Nding Javanica
Nding Javanica Mohon Tunggu... Administrasi - Perempuan di Tanah Indonesia

Mari Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kehidupan (Part 1)

23 November 2019   23:42 Diperbarui: 24 November 2019   00:08 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku lahir dari keluarga yang tidak kaya,namun aku selalu merasa tercukupi,karena Tuhan selalu bersertaku.

Ayahku dan Ibuku seorang akuntan,aku anak pertama dari 2 bersaudara. Sejak kecil aku tinggal dengan kakek nenekku dari pihak ayah. Aku menjalani kehidupan yang menurutku sangat baik,karena aku menjalani dengan damai,tenang dan cukup menyenangkan untuk seorang anak perempuan yang pada kala itu sangat menyukai kehidupannya. Aku lebih memilih tinggal dengan kakek nenekku karena dirumah mereka aku lebih menemukan banyak teman bermain,dan hal lain juga karena ayahn dan ibuku lumayan sibuk bekerja. 

Hari-hari aku menjalankan semua aktifitasku dengan biasanya,aku bersekolah aku bermain dan aku menikmati itu semua. Semua hal itu sampai aku mulai dapat berpikir lebih jauh,dimana kejadian kehidupan pertama yang terjadi adalah ayah dan ibuku mulai beradu argumen,cekcok setiap hari,sampai pada saat dimana terjadi pertengkaran. Ayahku yang dengan tempramennya yang tinggi,melakukan hal yang membuatku sangat kaget,dia memukul ibuku. Sontak aku kaget dan membuatku terdiam. Namun tidak ada rasa benci yang hadir dalam benak pikiranku. Aku hanya mencoba berpikir untuk membuat kejadian ini menjadi sebuah kenangan kehidupan saja,namun ternyata berkelanjutan. Ibuku mulai menduakan ayahku,dia berkenalan dengan laki-laki lain yang juga baik,namun aku tidak tau itu siapa. Ibuku mengajak aku untuk jalan-jalan bersama laki-laki ini. Aku diberikan boneka sebagai buah tangan.

Aku merasa jalinan keluargaku mulai renggang,dan benar saja. Ketika aku kelas 3 SMP terjadi hal yang sangat mengejutkanku. Ayahku dan Ibuku bertengkar hebat,sehingga membuat mereka saling bersedih dan ibuku memilih untuk angkat kaki dari rumah,sebelum pergi ibu membisikan sebuah kalimat -maafin mama ya kak- aku cuma bisa diam dan meneteskan air mata ketika itu,dan larut dalam tidur malamku.. Aku hanya berpikir lebih baik mereka untuk berpisah dan aku mengatakan itu kepada ibuku,untuk mereka bercerai saja,karena aku berpikir itu adalah jalan yang baik untuk kami sekeluarga. Sebelum aku UN SMP akhirnya ayah dan ibuku terima keputusan hasil ketuk palu yaitu bercerai,dengan hak asuh anak-anak jatuh ketangan ayahku. Aku tidak membenci siapapun,aku hanya bisa berdoa dan meminta Tuhan untuk boleh tetap bersama orangtua ku dan selalu menjaga mereka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun