Mohon tunggu...
Nding Javanica
Nding Javanica Mohon Tunggu... Administrasi - Perempuan di Tanah Indonesia

Mari Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sedulur Papat

18 Maret 2019   22:24 Diperbarui: 18 Maret 2019   22:31 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku bukan dari keluarga yang berkecukupan,bahkan untuk hari ini saja,bisa makan kami ber-6 sudah sangat kami pikirkan. Oh ya,perkenalkan nama ku Bima. Aku tidak tau arti namaku,aku juga tidak mau bertanya kepada bapakku, karena nanti akan menambah pikirannya. 

Aku anak ke-2 dari 6 bersaudara,aku memiliki kakak perempuan bernama Sakti,aku dan mbak Sakti hanya berbeda 8 bulan saja. oh iya aku juga akan memperkenalkan Bapakku,Ibuku, dan dua adikku yaitu han-han dan yan-yan,ya mereka adalah kembar identik. Ibuku seorang penjual kue cucur dan bapakku seorang kuli bangunan bisa dibilang pekerja serabutan. umurku sekarang 30thn,aku ingin bercerita tentang masa kecilku,mbak Sakti dan sikembar.

Sambil mengenang,aku duduk disamping Sita yang sudah tidak sabar mendengar ceritaku. Aku tinggal di lingkungan rumah keluarga,kakekku punya sebidang tanah,tidak besar tapi cukuplah untuk dibagi ke 4 anaknya dengan sama rata. Tanah tersebut lalu bapakku pakai untuk membuat rumah,dengan kondisi yang sangat sederhana,namun aku tetap bisa berteduh disana.

Bisa dibilang bapakku adalah orang yang tidak terlalu mujur,dulu ketika bapakku muda dia pernah mengikut test masuk menjadi aparat,namun gagal dikarenakan uang masuk yang terlalu besar pada waktu itu. Malu terhadap orang orang sekitar dan keluarga,karena bapakku sempat heboh dengan berita test tersebut dan dia yakin akan masuk membuat bapakku pergi menyebrangi pulau untuk mecari pekerjaan. 

Singkat cerita bapakku sudah bekerja menjadi kuli bangunan di pulau seberang. masa SD ku diawali dengan setiap pagi sebelum berangkat sekolah,aku membantu bude ku untuk mengantar jualan  yang dititipkan di warung. Masa SMP ku juga kuhabiskan bersama Mbak Sakti membantu ibu bungkus kue setiap malam setelah aku selesai belajar. Dulu ibu bekerja pada orang untuk membuat kue cucur,namun lambat laun ibu mencoba sendiri dan tidak lagi bekerja dengan orang,disitulah awal ibuku memulai usaha cucurnya sendiri.

Tahun 1992 si kembar lahir(aku tidak menjelaskan secara spesifik,mungkin pembaca nanti penasaran kenapa ibuku bisa hamil padahal bapakku jauh? oh ya,bapakku sempat 2 tahun pulang karena kerjaannya disana sedang ditunda,namun kembali lagi nantinya)

Pada masa inilah aku dan Mbak Sakti serta si kembar mengalami dilematika terbesar dalam hidup,dimana kondisi keuangan ibu dan bapak sangat minim,namun harus membayar sekolah kami ber-4. Disuatu siang aku,Mbak Sakti dan sikembar sangat lapar,tapi ibu hanya punya 1 indomie rebus dan 1 telur. Mbak Sakti membuatkan kami makanan dengan mie dan telor tersebut yang diberi kuah banyak lalu dicampur dengan nasi yang banyak.

Kami ber-4 makan dengan sangat lahap. kami ber-4 setiap harinya berjalan kaki untuk sekolah dan ketika pulang sekolah. Jarak rumah-sekolah itu kira kira dari 30-40 menit berjalan. 

Kadang aku dan Mbak Sakti menggendong si kembar ketika melihat mereka mulai kelelahan berjalan,seperti itulah hari hari yang kami ber-4 jalani di masa sekolah. Aku dan sikembar tidak pernah merasakan bermain robot-robotan,mobil-mobilan atau tembak-tembakan,kami hanya disuguhkan dengan permainan 'kapal karam'. Di tempatku itu disebut kapal goyang karena terbuat dari kertas,lalu di tempatkan di air,kapal itu akan goyang lalu miring kemudian tenggelam dan menjadi karam di dasar selokan.

Sekarang semua tetap menjadi cerita aku,Mbak Sakti dan si kembar. kami sudah dewasa dan menjalani hari hari dengan jam terbang yang berbeda. Aku berterimakasih kepada bapakku yang sekarang tetap dengan pekerjaannya begitu juga dengan ibukku,yang masih berjualan kue cucur. Terimakasih karena hasil kalian mengangkat batu,tertusuk paku,mengolah adonan hingga malam,mengantar kue cucur setiap jam 02.00 membuahkan hasil yang baik kami semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun