Mohon tunggu...
Maria ShintiaTobing
Maria ShintiaTobing Mohon Tunggu... Dokter - Calon dokter hewan

Seorang mahasiswa Koas Kedokteran Hewan di salah satu universitas negeri di Bogor. Menyukai menulis dan ingin memberikan dampak pada orang lain melalui tulisannya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tahun Baruan di Rumah, Patutkah Disyukuri?

31 Desember 2019   20:33 Diperbarui: 31 Desember 2019   20:44 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini saya sedang melaksanakan koasisten Dokter Hewan di Cisarua, Bandung. Lokasi koas saya ini dekat dengan Lembang. Teman-teman yang suka travelling, atau sekadar menonton berita di televisi tentu paham betul bahwa daerah Lembang akan ramai sekali di malam pergantian tahun. Yah, tidak beda jauh deh dengan Puncak, Bogor.

Malam ini saya dan teman-teman berencana menghabiskan malam tahun baru di Puncak Ciumbuleuit. Tentu, butuh waktu dan tenaga yang sedikit untuk sampai kesana karena jalanan pasti macet. Pasti. Takut-takut malah tahun baruan di tengah jalan.

Berbicara tentang tahun baruan di jalan, sudah pernah saya rasakan di Bogor, sewaktu kuliah semester 2. Saya dan kedua teman saya baru saja selesai kebaktian tutup tahun, dan memutuskan untuk makan di salah satu  restoran burger terkenal.

Jam menunjukkan pukul 10 malam saat kami selesai makan dan menyetop angkot , berencana pulang. Namun sungguh malang, kami terjebak macet di jalanan Bogor hingga merayakan pergantian tahun bertiga di dalam angkot. Sungguh lucu untuk di kenang.

Menuju tahun 2020, berarti sudah 6 tahun saya tidak merayakan tahun baru di rumah. Keluarga kami biasanya merayakan tahun baru di rumah saja, menyalakan api , dan duduk di sekeliling panggangan.

Satu jam sebelum pergantian tahun, biasanya akan diadakan kebaktian keluarga -bapak, mamak, saya, dan ketiga adik-, sekaligus melakukan tradisi Batak di malam tahun baru: Mandok Hata.

Semua anggota keluarga akan berbicara mengenai ucapan syukur, permintaan maaf, penyesalan, dan harapan-harapan di tahun yang akan datang. Tadinya tradisi itu adalah hal yang saya hindari, karena terlalu sentimentil.

Ditambah lagi rasa cemburu saat tahu teman yang lain merayakan tahun baru di tempat-tempat menarik, membuat saya agak tidak suka dengan perayaan tahun baru di rumah.

Namun ternyata saat saya sudah jauh dari rumah, saya merindukan kegiatan ibadah keluarga dan Mandok Hata yang biasa dilakukan di tahun baru.

Merindukan juga hidangan yang disiapkan jauh-jauh hari, daging dan ikan panggang, serta nasi panas yang mengepul. Juga tawa adik-adik saya saat bermain kembang api di depan rumah. Sungguh perayaan yang sederhana, jauh dari kelap kelip lampu dan semarak petasan api yang berwarna.

Saya menyadari bahwa Tahun Baru bukanlah ajang untuk  berhura-hura, atau berpesta berlebihan. Walau tidak salah untuk berpesta, ada banyak hal yang tidak kalah penting untuk dilakukan menjelang tahun baru seperti doa syukur, introspeksi diri, dan membuat resolusi/target baru di tahun depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun