Aku tengah menghabiskan setengah sisa novel yang telah kukejar sejak kemarin. Novel yang menarik, aku kerajingan membacanya.
Di dalam mobil, ragaku dibawa menjauh dari kota kelahiran. Tapi jiwaku masih tinggal diam disana.
Percakapan si pengemudi dan istrinya di kursi depan membuatku lamat-lamat melepaskan pandangan dari lembaran kertas buram itu.
Menatap rerimbunan yang berlalu dengan cepat .
Tiba-tiba sang istri - ibuku - menyodorkan sebuah kotak makan berwarna kuning.
"Ini ambil nasi"
"Nasi saja ?"
Ayah tertawa, katanya : *Dipogul,supaya tidak masuk angin.
Aku memogul sedikit nasi ,kumasukkan ke mulutku. Begitupun mereka . Ternyata tidak bisa langsung ditelan.
"Ternyata manis", ibuku masih mengunyah.
'Kenapa bisa seperti itu ya '
Aku tak tergerak menjelaskan enzim pada mereka. Mereka tidak perlu tahu.