Mohon tunggu...
Maria Sekar Aurelia
Maria Sekar Aurelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

seorang mahasiswa semester 2 yang memiliki ketertarikab dalam dunia kesehatan dan lingkungan sekitar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Transportasi dan Kualitas Udara di Indonesia

19 Juni 2024   23:11 Diperbarui: 19 Juni 2024   23:15 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Polusi udara menjadi salah satu masalah lingkungan yang tengah disorot pada saat ini, khususnya di ibu kota Jakarta. Kondisi udara yang memprihatinkan sebagian besar disebabkan oleh penggunaan transportasi pribadi dalam jumlah yang tinggi. Di kota-kota besar, penggunaan transportasi pribadi dapat dilihat dan dirasakan secara langsung dampaknya dengan situasi ruas jalan raya di beberapa titik yang hampir setiap waktu selalu padat dan macet.

Padatnya penggunaan transportasi pribadi mobil dan motor tidak hanya menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengguna jalan dan kemacetan yang berlangsung terus-menerus, tetapi juga menimbulkan masalah besar untuk kebersihan lingkungan, yaitu pengeluaran gas emisi yang berlebihan ke udara. Hal ini juga menyebabkan bertambahnya suhu di luar ruangan sehingga udara menjadi semakin panas, ditambah lagi dengan panasnya mesin yang digunakan untuk mengoperasikan mobil atau motor.


Dampak Kondisi Udara Terhadap Kesehatan

Masalah polusi yang kita hadapi saat ini tentunya menjadi masalah yang besar karena menimbulkan dampak-dampak yang negatif terhadap kehidupan sehari-hari. Salah satu concern yang besar adalah kesehatan masyarakat. Berada di luar ruangan dengan tingkatan polusi yang buruk dapat menyebabkan gangguan pernafasan seperti asthma dan ISPA, belum lagi dengan iritasi pada mata dan kulit yang sensitif. Bahkan jika terekspos di luar ruangan dengan kualitas udara buruk dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius, seperti kanker paru-paru atau infeksi pada organ pernafasan.


Perbedaan  Kondisi Udara Saat Pandemi

Kondisi udara pada pandemi COVID-19 lalu menjadi salah satu situasi yang dapat dibandingkan dengan kondisi udara saat ini dimana regulasi atau peraturan yang membatasi gerak dan aktivitas luar ruangan sudah kembali normal. Dengan adanya peraturan WFH, penggunaan transportasi pribadi menurun secara drastis. 

Tingkat transportasi pribadi yang menurun tentunya berdampak pada kondisi udara saat itu. Perbandingannya dapat terlihat langsung dari photo comparison dimana langit dengan polusi pada tahun 2023 berwarna abu pekat dan menutupi gedung atau infrastruktur di kejauhan, sedangkan kondisi langit saat pandemi COVID-19 berwarna lebih biru dan objek-objek yang jauh terlihat dengan jelas. 

Walaupun terlihat lebih bersih, bukan berarti kondisi udara saat pandemi adalah kondisi udara yang bersih dan ideal. Dilansir dari KOMPAS, polusi udara pada tahun 2020 masih terbilang tinggi dan konsentrasinya melebihi standar kesehatan WHO.


Penggunaan Transportasi Berbasis Rel Untuk Mengurangi Polusi

Saat ini, minat penggunaan transportasi umum, khususnya di Jakarta, telah meningkat setelah pemerintah meningkatkan dan memperbaiki fasilitas-fasilitas umum yang ditujukan untuk penggunaan transportasi umum. Dengan penggunaan transportasi massal yang berbasis rel, penggunaan transportasi pribadi lebih mereda dan terjadi penurunan gas emisi. Dilansir dari KUMPARAN, Kemenhub menyatakan bahwa transportasi kereta api dapat mengeluarkan gas emisi yang 5 kali lipat lebih kecil dibandingkan dengan mobil. Selain itu, penggunaan KRL juga dapat memberikan efek yang besar, dikarenakan penggunaan sumber energi listrik sehingga KRL menjadi salah satu bentuk transportasi bebas emisi.

Dengan menggunakan transportasi umum juga tentunya dapat mengurangi kemacetan yang saat ini semakin tidak bisa dihindari. Transportasi umum seperti kereta api dapat mengangkut penumpang lebih dari penumpang puluhan mobil. Sayangnya, persebaran pembangunan fasilitas transportasi umum belum rata di setiap area, sehingga warga tetap harus menggunakan motor atau mobil untuk mencapai tempat yang dituju. Selama implementasi transportasi berbasis rel belum maksimal dan rata di seluruh Indonesia, penggunaannya belum dapat berdampak besar terhadap masalah polusi yang dihadapi sekarang ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun