Saya mulai berpikir dan mulai meramu dalam benak saya kalau kita akan memakai baju astronot di bumi. Model bajunya bisa bemacam-macam dengan gaya fashion ter-update tetapi yang paling penting gunanya adalah menahan paparan sinar matahari ektrem dan hujan badai.
Untuk sekarang pola pikir saya adalah imajinasi dana angan-angan belaka, namun siapa sangka akan terjadi karena iklim di dunia semakin tidak stabil dan betambah parah karena pemanasan global. Mulai dari kutub es yang mencair, cuaca di Indonesia yang sudah tidak sesuai text book (musim kemarau dan musim penghujan), dan sampai pada banjir di Jakarta yang sudah mulai sebagai langganan.
Saya mendengar cerita bahwa panas matahari di kulit tidak sampai sepanas sekarang, namun sekarang jika terpapar sedikit saja sudah sangat menyengat. Ketika saya berdiri menunggu TransJakarta di Halte Stasiun Kota, saya akan merasakan kulit memerah dan begitu sakitnya (ditambah transpotasi ini kadang terlambat mengangkut penumpang).
Sepanjang jalan Thamrin - Sudirman sudah ditumbuhi pepohonan rindang, namun ternyata masih belum mencukupi kemampuan penyerapan karbondioksida dari kendaraan bermotor. Pemerintah dengan segala upayanya untuk meminimalkan pencemaran udara agaknya belum terlihat signifikan. Lalu jalan apa lagi yang  harus ditempuh? Akankah anak cucu kita yang akan memakai kostum astronot di dunia?
Please, let's do for Go Green!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H