Pagi itu, seperti biasa aku sibuk merampungkan beberapa pekerjaanku yang masih belum usai. Â Aku pun dengan semangat yang penuh berusaha untuk dengan tenaga yang ekstra dengan harapan pekerjaanku usai hari itu juga. Ya, sebab hari itu sudah ku planning beberapa bulan yang lalu untuk menyingkir sementara waktu dari aneka macam jenis kesibukan yang tiap hari ku jalani.
Jarum jam rasanya tak henti untuk berputar. Semangatku pun kian bertambah demi terselesainya pekerjaan yang masih ada di laptopku. Tak terasa sebuah pesan whatsapp masuk ke handphoneku.Â
Dan setelah ku membaca, pesan itu ternyata bertuliskan, " Mbak Ria, nanti selama seminggu mbak Ria akan di bimbing oleh Rm Darminta, SJ di ruang 22. Â Selamat mempersiapkan diri untuk retret ya mbak." Â Aku pun melirik jarum jam yang ada di jam tanganku ternyata masih menunjukkan jam 11. Â Pikirku, "Ah ini cepat sekali."
Pukul 12 ketika alarm Angelous ku pun berbunyi aku pun memutuskan untuk mengakhiri pekerjaanku. Aku pun bersiap untuk mempersiapkan semuanya lebih cepat dari biasanya. Â Belum usai ku bersiap diri, papaku pun sengaja pulang lebih awal karena mengantarku.
Perjalananku pun menuju ke rumah retret tak memakan waktu lama. Ya hanya sekitar 45-50 menit saja jika ditempuh melalui toll. Perjalananku menuju rumah retret ternyata membuat pikiranku melayang-layang. Entah mengapa.Â
Namun salah satunya adalah sebuah pertanyaan tentang, "Bagaimana dinamika proses retretku nanti?" Â ya itulah pertanyaan yang tak henti berputar-putar di alam pikiranku. Â Sambil memikirkan pertanyaan itu ternyata hpku bergetar. Dan ternyata pesan dari seorang romo yang sering aku ajak untuk berdiskusi, "Kamu sudah siap retret kan Ria? Terus Pembimbing rohanimu siapa nanti?" "Sudah siap kok romo.Â
Nanti Rm Darminta, SJ." Jawabku sngkat. Tak menunggu hitungan menit, beliaupun menjawab pesanku. "Wah kamu beruntung sekali ya, dapat pembimbing rohani sehabat beliau.Â
Saya yakin sekali beliau nanti akan banyak membantumu berduaan sama Tuhan deh. Ya sudah selamat ber-retret ya. Dan jangan nakal ya haha." Dan rupanya pikiranku kembali melayang-layang dengan kata "Sehebat beliau."Â
Ehmm rupanya kata-kata itu membuatku semakin penasaran siapakah sosok hebat itu sebenarnya. Aku pun melirik jam tanganku ternyata waktu masih lumayan lama.
Dengan bantuan mbah google aku pun mengitik nama sosok hebat yang menjadi pembimbiing rohaniku selama aku belajar dan berproses dalam retretku nanti. Hanya menunggu hitungan detik rupanya hasil wowww memunculkan banyak hasil dari sosok yang akan menjadi pembimbing rohaniku. Aku pun baru menyadari kalau sosok hebat itu ialah seorang penulis buku spiritualitas dengan banyak karya bukunya.
Entah kenapa ternyata roh jahat mengganggu perasaan dengan aneka macam perasaan yang membuatku menjadi tidak karuan. Tapi rupanya, roh baik segera memberiku pertolongan pertama dengan membisikkan kata-kata sangat lembut, "jangan takut nak, aku di sampingmu." agar aku tak terlalu lama diliputi awan mendung perasaan yang tidak karuan semacam itu.