Menunggu? Ya, aku menunggu! Kejenuhan menjelma menjadi hantu, tetapi aku tetap menghidupkan rasa yang tumbuh seribu di lubuk hatiku. Keinginan untuk bertemu sangatlah menderu, ya aku mesti bersabar. Toh yang ditunggu adalah penentu masa depanku.
Sore terus beranjak. Senja menghidangkan semburat merah diujung barat. Aku sungguh menikmatinya.
      Senjaku itu kamu
      Mewarnai hidupku
     Aku menggumam sebait sajak. Bisa jadi karena kehadirannya sangat menjanjikan kebahagiaan untukku. Aku masih setia menunggunya. Aku meredam kekesalan.
     Tak berselang lama, ia benar-benar datang, dengan gaun merah muda. Wajahnya nampak bagai selebgram ternama. Aku bersiap menyambutnya dengan sebait puisiku.
     "Dasar mata keranjang! Prakk!"
     "Aku bisa lo laporin kamu atas dugaan pelecehan!" katanya.
Aku mematung dengan menahan malu. Perempuan itu terus merundung tanpa peduli penjelasanku. Beberapa orang merekamku. Aku jamin, sebentar lagi aku viral dengan kebodohanku. Mungkin kejenuhan menunggu membuatku berhalusinasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H