"Jika mencintaiku, datanglah di Jalan Soekarno," chat-nya beberapa saat lalu.
    Namanya, Dia, gadis yang kukenal lewat media sosial facebook. Perkenalan yang sungguh mengesankan. Berawal dari story facebook-ku yang memancingnya untuk ikut berkomentar.
 Sejuta rasa rindu kusampaikan kepada hujan
untuk kau rengkuh dalam sunyi senyap hidupmu
"Sangat puitis, Kak. Aku suka," komentarnya saat itu.
     Aku bersemangat menulis kembali kalimat-kalimat puitis, berharap mendapat simpatinya. Dugaanku tepat dan akurat. Ia tidak hanya mengomentari story-ku, tapi juga menge-chat-ku lewat inbox. Waktu begitu berarti, saat bersamanya. Aku merasakan jatuh cinta dengan keindahan tiada tara.
     Aku menyiapkan puisi terbaikku. Bahkan sudah menghafalnya. Aku akan mendeklamasikannya saat bertemu di sini, Jalan Soekarno. Aku melihatnya datang mengenakan gaun merah muda. Aku sempat deg-degan. Kucoba bersikap percaya diri. Aku mulai melafalkan puisi dengan penjiwaan bak penyair.
    Â
     Kekasihku, aku merayumu
     mencoba menjadi abdi hatimu
     Barangkali dirimu setuju
     Menjadi darah dalam nadiku!
   Â
     "Wah, bagus, Bang!"
      Aku celingukan. Menatap beberapa orang yang merekamku. Gaun merah yang kutunggu tak ada di situ. Dering ponsel menyadarkanku.
     "Jangan lupa baca puisinya saat kudatang ya," chat-nya.
     Aku sedikit kecewa. Tapi, tak apa, anggap saja latihan sebelum ia datang.
23 Oktober 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H