Mohon tunggu...
M. Hamse
M. Hamse Mohon Tunggu... Guru - Hobi Menulis

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Fiksi Mini: Memekik Ngeri

24 Oktober 2024   06:42 Diperbarui: 24 Oktober 2024   06:57 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

               Aku memekik ngeri! Sepi merantai hati. "Ada apa ini? Kenapa aku ditinggal sendiri?" beberapa pertanyaan muncul tanpa henti. Jawabannya tak kutahu sendiri. Yang kutahu, aku terlilit sepi sampai lupa diri.

"Apa salahku?" pertanyaan ini tiba-tiba muncul.

Setelahnya aku bergelayut dalam kenangan bersamanya.

"Aku tak akan meninggalkanmu!" katanya sambil mengacungkan dua jarinya tanda janji.

Aku hanya tersenyum dan menatap dalam-dalam matanya.

"Aku Bahagia denganmu," kataku.

              Aku Kembali memekik sendiri dalam sepi. Ini sangat menyiksa diri. Seolah hidup tak lagi berarti. Benar kata Chairil Anwar dalam puisinya berjudul "Di Ponegoro"-Sekali berarti Sudah itu mati. Aku merasa ia tak lagi mencintaiku. Aku tidak lagi berarti baginya. Cintaku mati tidak bersemi di hatinya.

Aku Kembali memekik dalam sunyi. Kali ini suaraku tak tinggi lagi. Suaraku habis! Aku membiarkan air mata berjatuhan di lantai. Aku benar-benar sendiri.

"Gila yak amu teriak-teriak! Sudah malam tahu!" istriku tiba-tiba mendobrak pintu.

Aku kelimpungan.

"Ah, masa? Tidak kok!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun