Sekali waktu datanglah ia dalam gubuk yang reot dan berantakkan pula. Ia berdiam diri. Ia duduk manis seraya tersenyum manis nan manja. Ia memangku tangannya dan tak bertanya. Ia pula tak bersuara, tapi terasa hadirnya. Ia menerima apa adanya, bukan ada apa-apanya! Ia tulus
 Suci dan
Murni
  Ia semburan mentari yang hangat
    Bahagia
Ceria dan tak bertanya. Ia memiliki alasan untuk ada. Untuk alasan itu, ia mengalir dalam logika, bukan serpihan tanda tanya!
  Ia adalah
   C i n t a
# 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!