Mohon tunggu...
M. Hamse
M. Hamse Mohon Tunggu... Guru - Hobi Menulis

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Story Facebook

9 Juni 2024   09:49 Diperbarui: 9 Juni 2024   12:25 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

          Kalau rindu ini bersemi, tentu patut kusyukuri. Bukankah semua orang menginginkan begini? Setiap hubungan, idealnya harus saling memahami, agar nantinya bisa dinikahi! Aku pun berharap begitu dari kekaguman ini terhadap Andini, gadis yang selalu datangi mimpiku tanpa permisi.

      Sejujurnya aku menunggumu membuka hati
      Agar rindu ini terobati
      Aku malu mengakui
      Kalau setia di sini
     

      Update story facebook Andini akhir-akhir ini seolah jawaban dari story di media sosial yang sama milikku. Seperti kebanyakan orang, aku memilih facebook untuk mengutarakan perasaanku. Aku berharap, Andini membacanya, seperti aku yang selalu kepo story terbarunya.

     Rindu ini mengalir begitu saja
     Untukmu yang memiliki wajah manja
     Lidah ini kelu untuk berkata
     Kukagumi dirimu!

     Aku terpana sesaat setelah update story di dinding facebook-ku. Dari sekian banyak like, satu yang memancing gairahku. Aku jadi baper! Ini sungguh istimewa. Kontak batin yang luar biasa. Emoji love ia sematkan di-story-ku.

    "Kamu sangat pandai merangkai kata," chat-nya.
     "Kamu juga. Story-mu puitis," pujiku.
      Ia mengirimiku emoji senyum. Khayalku mulai nakal, saat dipenuhi wajahnya. Kutatap fotonya yang sedari lama ku-download. Aku sungguh bersyukur.

 Aku tak mungkin bersembunyi di balik rindu yang menggebu ini
Rindu yang makin meluas, menghentikan nafasku jika kutetap menyimpannya

Salahkah aku mengatakan kepadamu tentang rasa ini?
Bolehkah aku menyatukan rindu ini dengan cintamu?

Aku sungguh ingin engkau mengetahui ini!

       Jatungku berdegup! Andini, mengirimku syair indah tentang isi hatinya. Ah, aku tidak mungkin menolaknya. Aku buru-buru mengetik jawabanku. Tentu aku mau. Pesan hendak kukirim, hanya saja ia meneleponku. Aku bergegas menerima panggilannya.

      "Sudahkah kamu membaca pesanku?"
      "Ya. Dan...,"
       Ia memotong pembicaraanku.
      "Aku ingin mengirimnya ke Dilan. Hanya saja, kupastikan dulu puisinya bagus. Bagaimana menurutmu? Kamu kan pandai menulis puisi?" katanya.
       Aku tersedak!

07 Juni 2024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun