Mohon tunggu...
M. Hamse
M. Hamse Mohon Tunggu... Guru - Hobi Menulis

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Fiksi Mini: Hati dan Materi

3 Juni 2024   17:15 Diperbarui: 3 Juni 2024   17:53 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Tidak Bertumbuh

Kusimpan rindu
Kusemai
Lalu kupupuk

Tapi, tidak bertumbuh!
(M. Hamse, 2024)

       Aku bergegas, saat chat whatssapp itu! Sebab cinta tidak melulu hanya  soal hati, tetapi materi! Kira-kira begitu dan rasanya begitu. Kalau banyak cinta, minim materi itu bisa jadi biang perkara. Jika banyak materi, sedikit cinta, itu bahagia.
       "Aku mintanya pulsa 50, kok masuknya 100?" voice note kuterima kemudian.
        Aku tersenyum mendengarnya. Tentu ia bahagia dengan itu. Minta sedikit, kuberi lebih, aku pikir itu wajar.
       "Ya, tidak apa-apa, Yang. Lebih banyak lebih baik kan?" voice note-ku kepadanya.
        Aku bahagia dengannya! Tentu saja. Aku memanjakannya, mumpung uang jajanku banyak dari ayah.
       "Kenapa kamu seolah bucin padanya?" tanya temanku.
        Aku menghembuskan asap rokokku dan tersenyum kepadanya.
         "Masih tidak mengerti?" tanyaku.
         "Kali ini aku memberinya banyak. Ada saatnya aku meminta sesuatu padanya. Aku yakin ia akan merasa berutang, jadi ia kan memberikan permintaanku," jelasku.
         "Kamu serius? Cindy perempuan baik lo," kata temanku.
         "Perempuan baik sekalipun akan tergoda juga," jawabku.
         Dion menatapku. Aku tahu ia ingin tahu misiku selanjutnya. Aku mematikan rokok hendak menjelaskan. Dion menunjukkan layar ponselnya. Dari tadi ia menghubungi nomor Cindy. Semua percakapan terdengar.
        "Kamu tega, Ari," suara lirih Cindy dari seberang.
         Ada keheningan sejenak. Aku mendengar isakan dari seberang telepon. Suara Cindy gemetar ketika dia berbicara lagi, "Aku benar-benar pikir kamu berbeda. Ternyata aku salah."
         Telepon terputus. Aku menatap ponsel di tangan Dion, tidak tahu harus berkata apa. Keheningan menelan kami, dan untuk pertama kalinya, aku merasakan beratnya tindakan yang telah kulakukan.

03 Juni 2024

       
           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun