Semua orang bahagia hari ini. Sementara aku mulai membenci waktu. Aku menghujat waktu yang memberi keadaan ini! Aku menatap Derfina, yang asyik berjoget bak penari tiang diskotik. Pinggulnya  fleksibel bergerak mengikuti irama musik. Lidahnya mulai menjulur, bak ular mencari mangsa. Sedikit erotis dan aku mulai meringis saat mata-mata itu menatap goyangannya.
    "Gemulai," komentar salah satu sahabatku.
    Aku tersenyum kecut mendengarnya. Amarahku bergemuruh. Mata-mata itu terus menatap. Goyangan Derfina memang layak jadi tontonan. Aku merasa risih, sebab komentar mulai berlebihan. Aku mendekatinya dan berbisik,"Berhenti, Fin," bisikku.
   "Nikmati hidupmu, Rik. Jadi orang jangan kaku," jawabnya.
    "Kamu siapanya aku ya?" ucapnya sinis.
    Bek! Serasa aku dihantam benda tumpul di kepala. Aku mematung menatapnya kembali masuk dalam kerumunan orang-orang yang sedang bergoyang. Mereka sangat gembira. Baju mulai di-pylox dengan beragam warna. Rambutpun disemprot pylox juga. Lebih sakit hati ini, saat Denil, teman sebangku denganku mulai mendekatinya. Menggambar love dengan pylox di bajunya. Lebih parah lagi, mengecup keningnya. Aku makin tak percaya, cintaku sejak kelas X sampai ujung perjuangan kelas XII ini dibalas demikian.
    Ponselku terus berdenting. Pesan whatssapp sangat banyak. Notifikasi facebook pun banyak. Begitu juga youtube dan ig. Aku tercengang. Dalam sekiat menit, goyangan Derfina viral dengan caption "Goyangan Maut Siswi Kelas XII". Komentar berbau negatif berseliweran. Aku terdiam saat Derfina dibisiki temannya. Ia mengambil ponselnya. Setelahnya ia histeris dan kabur dari kerumunan. Aku menatap kepergiannya dan mengurungkan niat mengejarnya.
26 April 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H