"Kamu balik ke rumah rasanya berubah?" celoteh istri menyambut kepulanganku. Sambutan yang tidak biasa ini sedikit menimbulkan tanya di benakku. "Mungkinkah ia haid?" pikirku.
      "Parfummu menyengat," lanjutnya.
      "Salahnya di mana, Sayang?" Â
      "Terlalu menyengat, tidak seperti biasanya."
      "Tidak fokus saat kusemprot, jadi kebanyakan."
      "Mikir selingkuhan jadi tidak fokus?"
      "Kok nuduh, Sayang?"
      "Tu kan, benar pikirku."
     Ia cemberut. Aku mengkerut. Pikiran jadi kalut. Kupastikan ponselku di saku. Aku mendekat dan menenangkannya. Seperti saat dimabuk asmara awal pertemuan, aku memeluknya, mengecup keningnya,"Aku tidak mungkin berpaling," bisikku.
     Bel rumah berdenting. Istriku bergegas melepaskan pelukan.
     "Mas Diki ada?" Ratih, teman sekantorku tiba-tiba muncul.
     Istriku membisu. Aku mulai panik. Aroma parfum Ratih persis punyaku.
     "Mas, ponsel kita tertukar," kata Ratih sambil mengembalikan ponselku.
     "Oh, ya, gara-gara tidak fokus," kataku dan Ratih berlalu setelah bilang maaf pada istriku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H