Mohon tunggu...
M. Hamse
M. Hamse Mohon Tunggu... Guru - Hobi Menulis

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Fiksi Mini: Detik-Detik Keputusan

27 Desember 2023   06:48 Diperbarui: 27 Desember 2023   06:53 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

     Dalam keseharian, aku seperti biasa melakukannya. Seolah ini tradisi. Kalau tidak melakukannya, semacam ada yang kurang. Sampai kini, syukur, aku tak pernah melupakannya.
     "Nggak bahaya, tiap hari melakukannya?" tanya ibu setiap melihatku menatap foto di ponselku.
      "Bagaimana aku berhenti jika aku menginginkannya, Bu?"
      Ibu biasanya tersenyum,"Kenalkan pada, Ibu," katanya kemudian.
       Aku menatap ibu, seolah meyakinkan, bahwa di waktu yang tepat aku mengenalkannya. Namanya, Lestari, gadis manis yang kutatap fotonya dalam setiap tarikan nafas.
       "Anak Bu Maria, cantik, Nak," kata ibu.
       Aku pura-pura tidak mendengar. Ibu mengulang kalimatnya. Ibu sangat menginginkan berbesan dengan Bu Maria, teman masa kecilnya. Sementara aku, memilih  sesuai nurani, bukan kemauan ibu.
      "Dia cantik, baik pula," kata ibu lagi.
      "Bu, bisakah aku memilih seturut mauku?" tanyaku dengan sedikit kecewa.
      "Ibu sudah telepon, sebentar ia datang," tegas ibu.
       "Bu, aku bukan anak kecil," kataku.
       "Bersihkan dirimu, setengah jam lagi ia datang," kata ibu.
        Aku menatap foto Lestari di ponselku. Senyum yang menawan membuatku terhanyut dan tergila. Aku sangat mencintainya. Tapi, dayaku seolah sirna. Melawan ibu itu petaka, sementara surga di telapak kakinya! Kegalauan melanda. Menangis pun tidak menyelesaikan problema.
     "Bergegaslah, calon mantuku sudah datang," kata ibu.
      Aku menurut dan segera membersihkan diri. Hatiku berkecamuk. Kutatap lagi foto Lestari. Dengan berat hati kuhapus. Aku menahan air mata jatuh. Setidaknya aku mau melihat ibuku bahagia. Aku beranjak dari kamar menuju ruang tamu. Kumantapkan langkah meski kerapuhan melanda.
      "Aryan, kok, ...," ia bergegas memelukku.
      Aku sekarang sadar, pilihan ibu tidak keliru. Lestari jodohku. Aku menatap ibu dan tersenyum.

24 Desember 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun