Mohon tunggu...
M. Hamse
M. Hamse Mohon Tunggu... Guru - Hobi Menulis

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Fiksi Mini: Dilema

3 Desember 2023   06:23 Diperbarui: 3 Desember 2023   06:31 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac


    Melanjutkan kisah  itu resah. Menghentikan kisah akan musnah. Resah atau musnah? Ini pilihan dilematik!
     "Aku kalah," katanya.
     "Aku resah," jawabku.
    "Kita musnah," katanya.
     "Apa tidak bertumbuh?" tanyaku.
     "Akar melepuh," katanya.
     Selebihnya diam. Kisah kian berantah. Jiwaku lusuh. Aku mengeluh. Cerita ini makin keruh. Keadaan ketus dan tidak lurus.
     "Ayah tak restu," katanya.
     "Apa kisah kita berhenti saja?"
     "Syair cinta terlanjur menggores nada asmara," jawabku.
     "Bagaimana?" tanyanya.
     Aku diam membisu. Cinta sedemikian rupa dalam balutan dua jiwa yang sumingrah. Tertahan nestapa tak berujung. Selalu ada sandungan saat kaki melangkah.
    "Siap berperang?" tanyaku.
     Kali ini ia mematung. Ada yang dipikirkannya. Atau pikirannya sudah ada hanya ragu membentuk kalimat dari aksara yang tersusun.
     "Ayahku sakit-sakitan," katanya kemudian.
     Jawabannya pragmatik. Aku bisa memaknainya.
      "Pemikiran Ayah kuno, bobot dan bebet ikut andil dalam menentukan jodohku," jelasnya.
     "Harta ikut juga," sambungku.
     "Itu pemikiran Ayah. Katanya demi masa depanku," katanya.
     "Ya, itu benar," kataku.
      Aku menahan air mataku. Ia berlalu pergi. Aku terpaku menatap langit entah kenapa. Aku mulai mengutuk diri. Sudah susah payah bekerja, masih miskin saja.
      Tiba-tiba saja ia kembali dan memelukku. Aku menoleh. Ia kembali dengan laki-laki tegap dan tampan. Aku bersikap wajar dan biasa, seolah tiada apa-apa.
     "Gibran," kenalnya.
     "Ali," kataku.
     "Aku mencintainya," katanya pelan.
      Aku tersenyum menahan sakit.
      "Aku merindunya tiap waktu," katanya lagi.
      "Tapi, kamu lebih mencintainya. Aku sudah bicara dengan ayahnya," lanjutnya.
      "Bahagiakan dia dengan caramu," kata Gibran lagi.
       
       2 Desember 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun