Aku percaya, cinta itu nyata dan menjadikan manusia bahagia. Bukti nyatanya adalah aku yang siap melakukan apa saja demi dirinya. Aku bahagia melakukannya. Dibilang menghamba, ya, aku menghamba padanya. Alasannya sederhana: aku mencintainya.
  Aku menunggunya di restoran tempatku melamarnya kala itu. Aku duduk santai sambil menikmati berita viral, anak presiden digaet politisi besar jadi bacawapres. Ini biasa saja menurutku, tidak perlu heboh. Politik ya begitu. Seperti aku, yang siap manuver dari kisah masa lalu yang berantah!
  "Dari tadi?" sapanya.
   Aku berdiri menyambutnya. Bak permaisuri, aku menggandengnya untuk duduk. Romantis? Ya, aku mencoba romantis, siapa tahu ia semakin menggila padaku.
  "Aku jadi malu, orang-orang menatap kita," bisiknya.
  "Biar viral, kayak anak Presiden jadi ketua umum partai," candaku.
   "Ah, tidak mau," jawabnya.
   Aku tersenyum.
   "Oh, ya, aku ngajak temanku, boleh?" katanya.
   "Boleh-boleh," kataku.
    Ini bakal tidak romantis. Mau apa lagi. Dia bahagia, itu cukup bagiku.