Mohon tunggu...
M. Hamse
M. Hamse Mohon Tunggu... Guru - Hobi Menulis

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Fiksi Mini: Terjebak Kenangan

22 Oktober 2023   06:36 Diperbarui: 22 Oktober 2023   07:07 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Terjebak Kenangan

        Tidak ada yang salah saat hari itu aku menghabiskan waktu berselencar di media sosialku. Bayangkan, cinta masa kecilku kembali dengan kecantikan yang melebihi bidadari. Ah, aku tahu kalian tidak percaya, bukan? Sudahlah, toh aku tidak perlu opini kalian mendeskripsikan cantiknya.
      "Ini puisi bagus sekali," katanya saat membaca tulisanku.
      "Untukmu," kataku.
       Ia sangat bahagia kala itu.
       "Suatu saat aku mengunggahnya di internet," katanya.
       Aku mengangguk.
        Begitulah kisahnya. Jadi hari itu, dalam sebuah website yang dibagikan di-facebook, aku membacanya. Aku menelusuri sumbernya. Dan ya, itu Raisa, cinta masa kecilku.
       Aku memastikan, penampilanku menarik sebelum bersua dengannya. Aku sudah meminta pendapat kawan media sosialku. Kata mereka: sangat luar biasa!
      Aku menatap ponselku, sudah setengah jam kumenunggu. Tak lama ia mengirimiku pesan, katanya: tunggu 10 menit lagi! Tentu aku setia menunggu, sekalipun ini membosankan. Untuk cinta, apa pun kulakukan, bukan? Ya, tentu saja!
     Aku melihatnya dari kejauhan. Ia makin mempesona saja. Gaun putih salju itu sangat indah melekat di tubuhnya yang langsing. Aku sempat tidak percaya diri, saat melihat kembali penampilanku.
     "Apakah setelan jas ini cocok untukku?" tanyaku pada diri sendiri.
      "Dewi, aku merindukanmu," katanya.
       Aku sempat menatapnya, tak terima ia memanggil nama itu.
      "Dewa," kataku.
      "Ya, maaf," katanya.
       Ia memelukku. Aku merasakan hangatnya cinta. Aku tak ingin melepasnya.
      "Sebentar," bisikku.
      Aku merogoh saku, mengeluarkan cincin untuk melamarnya.
      "Aku mencintaimu," kataku.
      Ia menatapku. Lalu memelukku.
      "Maafkan aku," bisiknya.
      Aku dikagetkan, seorang gadis kecil di gendongan seorang pria memanggilnya, ibu! Aku mulai lemas. Aku sembunyikan cincin itu.
      "Ini David, suamiku," katanya.
       Aku menahan kecewa. Raisa sudah menikah. Ia mengkhianatiku. Aku baru sadar, ia tidak sepertiku. Aku melambaikan tangan padanya dan pergi.

17 Oktober 2023

     

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun