Mohon tunggu...
M. Hamse
M. Hamse Mohon Tunggu... Guru - Hobi Menulis

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Fiksi Mini: Misteri Pertemuan

5 Oktober 2023   05:31 Diperbarui: 5 Oktober 2023   05:40 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

                  Misteri Pertemuan

     Sayup-sayup kudengar namaku dipanggil. Aku memilih menjadi tuli, sebab tak mau salah arti. Soal dianggap tak peduli, aku memilih tak sudi.
    "Hei, kamu tak dengar?" tanya Sari.
     Aku bergeming. Aku mengangkat bahu, pertanda aku tidak tahu.
     "Ada apa?" tanyaku.
     "Itu, Novi memanggilmu," kata Sari, sahabatku.
     "Novi?" tanyaku.
      Sari mengangguk. Aku tak peduli. Nama itu tidak lagi jadi mimpi.
      "Apa kabar, Ndri?" Novi tiba-tiba berdiri di hadapanku.
      Aku terdiam, memandanginya. Wajahnya masih cantik seperti dulu.
      "Kamu baik-baik saja kan?" tanyanya lagi.
      Aku mengangguk. Pikiranku mulai kembali ke dulu, saat memadu kasih dengannya. Serasa indah kehidupanku saat itu. Sebelum Sari mengatakan sesuatu kepadaku.
      "Kenapa diam? Atau aku mengganggu?" Novi mengagetkanku.
      "Ah, tidak," jawabku.
      Seorang bocah menghampiri. Ia imut sekali. Novi mencubit pipinya,"Gantengnya," ucap Novi.
      "Mirip kamu," kata Novi.
      Wajahku memerah.
       "Ma...," panggil bocah itu. Ia meminta turun, lalu bergegas. Aku melihatnya berlari.
      "Kamu ke mana aja? Mama cariin," kata Sari sambil mencubit kecil pahanya.
      "Bahagia selalu, Ndri," kata Novi dan ia berlalu.
      "Maaf, Ndri, aku salah," kata Sari saat aku menatapnya, isyarat meminta penjelasan.
      "Aku bohongin, Novi, kalau aku mengandung anakmu," Sari menunduk.
     Aku terperangah. Wajahku memerah tanda marah. Teganya Sari merusak hubunganku.
      "Itu karena aku mencintaimu, Ndri," jelas Sari.
     Aku makin kabut. Sejak kapan Sari mencintaiku. Aku mencoba tenang.
     "Terus, kamu janda sekarang?" tanyaku.
     Sari menunduk. Aku masih tak mengerti situasi.
     "Dicariin malah di sini," kata seorang perempuan muda.
      Aku makin bingung. "Siapa lagi ini?" gumamku.
      "Indah, Mbaknya Sari," kenalnya.
      "Sini, dengan, Mama," kata perempuan itu.
      Aku mengulurkan tangan, menyebutkan nama.
      "Ini,...huuf, aku makin bingung," kataku.
      "Ini keponakanku, Ndri. Ia biasa panggil aku, Mama, sebab sering aku jagain," jelas Sari.
      Aku tersenyum mengerti. Hanya kembali bingung, saat Sari mengenalkan, Novi, sebagai keponakannya.
      "Ada apa lagi ini?" tanyaku saat Novi menghampiri kami.
      "Kamu baik, Ndri. Aku makin mencintaimu," bisik Novi.
      Sari kemudian menjelaskan, kalau selama ini aku diuji.

3 Oktober 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun