Mohon tunggu...
M. Hamse
M. Hamse Mohon Tunggu... Guru - Hobi Menulis

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Fiksi Mini: Tangisan di Ujung Telepon

15 September 2023   04:32 Diperbarui: 15 September 2023   04:37 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Tangisan di Ujung Telepon

     "Tak ada lagi harapan, Ki. Semua cinta harus terkubur di sini," kata Rita dengan air mata yang meluncur di ujung pipi.
      Riki terdiam menahan gejolak. Kerelaan melepas cinta yang ada sangat susah. Sebagai laki-laki sejati, hal ini harus dinikmati meski sakit.
      "Bukankah kau mencintaiku? Seperti syai-syairmu tempo hari?" Riki menggenggam tangannya.
       Rita menangis. Sejelas-jelasnya menjelaskan, pasti tak dipercaya. Ia tampak tersiksa oleh perjodohan orang tuanya. Feodalisme Jawa mengikat langkahnya.
     "Ki, ini bukan tentang aku yang tak cinta. Ini kehendak ayah bunda. Tolong, pahami aku. Aku lebih tersiksa daripada kamu."
      Riki mengingat hari itu. Hari terburuk selama hidupnya. Kenangan itu menghantui sisa hidupnya. Rita yang sudah ia kenalkan ke orang tua, pergi dengan tanda tanya.
    Ia memutuskan untuk pergi juga. Tak tahan harus menderita tanpa Rita. Selesai menuliskan wasiat kepada orang tua, ia pergi ke jembatan dekat kampusnya. Tekad sudah bulat. Hanya saja ada niat untuk menghubunginya, untuk terakhir kali. Ia memutuskan untuk telepon. Deringnya begitu lama. Samar-samar ia mendengar suara tangisan.
    "Halo, Nak, ada spa? Temannya Rita? Mayatnya baru saja dimandikan. Ia bunuh diri," jelas orang itu.
     Riki terdiam. Membayangkan wajahnya sungguh menyakitkan.

  13 September 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun