Catatan Panjang
M. Hamse
  Aku terpaku sejenak, setelah sesaat pertanyaanku dijawab, Pak Jef.
  "Satu papan 70.000 rupiah."
  Aku masih terpaku. Pertanyaan pun muncul di kepala, "Kok bisa? Kemarin-kemarin masih Rp 50.000."
  "Apa baru? Menjelang Ramadhan, Dik," kata Pak Jef. Seolah ia tahu apa isi kepalaku.
  "Beras, Pak?" tanyaku.
  "Kenapa? Kamu pikir murah?"
  "12.500/kg," sambungnya.
  Astaga! Aku tidak habis pikir. Lonjakan harga melambung. Komoditas turun drastis.
  "Negaraku tidak baik-baik saja," gumamku.
  Aku merogoh saku, mengambil kertas catatan ibuku. Aku sempat pusing, banyak sekali catatan ibuku.
  "Lombok, bawang putih, bawang merah, kunyit, dan...," aku tak melanjutkan, keburu dipotong.
  "Sudah-sudah, intinya semua naik. Bikin pusing saja. Antri, nih!"
  "Ya, sudah, Pak. Maaf," kataku malu. Sebab orang-orang memandangku.
  "Ini barangnya. Sudah disatukan, totalnya, Rp 1.500.000."
   "Aku hanya nanya, Pak, disuruh Ibu cek harga," jawabku santai.
  "Pem," sebutir telur pecah di kepalaku.
18 Maret 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H