Gedung Pasar Angker!
M. Hamse "Cen Rian"
2020
      Hujan tak pernah lelah bersetubuh dengan bumi! Ia tak letih mengunjungi bumi yang entah kapan berhentinya. Baru saja ia beranjak pergi senja ini. Ia pasti kembali, entah semenit kemudian atau besok menjelang pagi.
      "Gelap," gumamku sesaat setelah aku membuang air di sudut rumahku.
      Bintang-gemintang tampak layu di telan gelapnya malam. Masih malu-malu kembali datang mengunjungi bumi. Belum selesai kencingku, tiba-tiba saja aku melihat ada yang melintas. Siluet bayangan berlalu cepat di depanku. Aku bergidik, bulu kudukku berdiri. Entah apa yang begitu cepat berlalu di depanku. Secepat kilat bayangan putih berlalu. Meninggalkan aku yang kikuk berdiri di bawah pohon depan rumahku. Celananku basah!
      "Tuhan, tolong!" batinku. Keringat mulai membanjiri tubuhku. Gelap menyelimuti sekelilingku. Cahaya nampak samar dari bulan yang nampak setengah. Aku mulai takut. Sekedar beranjak, aku takut!
      "Hantu," pikirku.
      Aku mencoba menguatkan diri, kembali ke dalam rumah. Aku harus kembali. Gelap benar-benar membuatku kalut. Keringat makin menggila melahap tubuhku yang takut, mengguyur tubuhku yang kaku. Aku harus kembali ke rumah.
      "Hai!"
      Oh, aku tersungkur! Aku takut berbalik. Jantung berdetak begitu cepat. Astaga, siluet putih benar-benar mengikutiku. Aku hentikan langkah. Ada niat untuk berlari. Astaga, matilah aku! Kakiku seperti tak kuat lagi menopang tubuh. Sebentar lagi, bisa jadi aku ambruk, tubuhku kehilangan keseimbangan.