Pelayan masih berdiri di sisi kiriku. Aku tidak mengerti mengapa di masih berdiri. Tidak lama berselang, aku mendengar suara kursi di banting. Aku awalnya tidak pusing, lama-lama aku mengerti, mungkin aku kelamaan di sini. Suara kursi mungkin isyarat bahwa aku harus segera berdiri dan melunasi pesanan.
      "Berapa?" tanyaku sambil merogoh saku celana.
      "Tadi es teh?" tanya kasir tua itu.
      Aku manggut-manggut sambil mengambil uang dalam saku.
      "Sudah dibayar," katanya.
      Aku mulai bingung. Sebab tidak ada kenalanku dalam warung itu.
      "Si rambut pirang," jelas kasir tua itu.
      Yah, aku baru sadar, si baju jingga berambut pirang. Aku tersenyum lebar dan muncul rasa penasaran. Bisa-bisanya ia membayar, aku tidak mengenalnya. Hanya senyumnya saja yang aku ingat dalam ingatan.
      "Sepertinya untukmu," kata salah satu pelayan.
      Aku menerima secarik tisu dengan satu kalimat yang agak panjang.
     Â