Mohon tunggu...
Mariani Sutanto
Mariani Sutanto Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog yang berkecimpung dalam parenting, perkembangan anak hingga remaja, dan eksplorasi diri.

Lakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar (Ibu Teresa)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menjelajah Indonesia Unik Bermodalkan Ibu Jari

14 Januari 2014   23:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:50 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Zaman digital begini, semua bisa dibuat serba mudah. Contohnya: pariwisata. Semua orang tahu tentang pariwisata, tetapi keterangan lengkap tentang pariwisata jarang bisa diperoleh dengan mudah, terutama di Indonesia. Bukan karena Indonesia tidak mempersiapkan infrastruktur pariwisata, tetapi karena luas dan beragamnya pariwisata di tanah air yang membuat pengadaan infrastruktur pariwisata seperti tak punya gaung.

Bertahun-tahun lalu, ketika bertemu dengan penggemar moge di Malaysia,kami saling bercerita. Lalu salah seorang berkata, “Indonesia punya banyak rute menarik untuk konvoi moge. Coba ya. Misalnya kita dari Malaysia, menyeberang ke Medan bersama-sama, lalu dari sana turun menyusuri jalan-jalan di lereng pegunungan, sambil menikmati udara segar, terus sampai ke Padang, lalu lanjut lagi sampai ke Batam dan berakhir dengan penyeberangan di Singapura. Sayang, kami tak tahu harus mencari informasi ke mana, dan bisa tanya-tanya tentang faktor keamanan. Kami tak mau tujuan utama berjalan-jalan tetapi akhirnya kecelakaan atau maut.” Waktu itu saya hanya tahu pulau Sumatra dari peta dan buta sama sekali tentang rute yang dipaparkan teman saya itu. Jadilah saya hanya tercenung mendengar impian kawan yang begitu indah. Saat itu tahun 1998.

Syukurlah! Kemajuan teknologi akhirnya menyentuh pariwisata juga. Bukankah menyenangkan dan praktis kalau semua hal tentang pariwisata bisa ditemui hanya dengan masuk ke situs Indonesia Travel? Siapa pun kita bisa tahu tentang berbagai daerah dan potensi pariwisata di sana, tanpa perlu melalui pengalaman tak menyenangkan seperti saya bertahun-tahun lalu itu.

Berbicara tentang Indonesia Travel, terus terang tadinya tak tertarik membukanya. Kenapa? Kesannya resmi sekali dan kurang eksotis. Namun, karena kompetisi ini adalah memberi masukan untuk blog Indonesia Travel, maka menjelajahlah saya ke sini. Ternyata..... situs ini cukup lengkap dan disainnya memadukan antara gaya tradisional dengan gaya internasional. Hal ini terlihat dari logo situs yang menonjolkan Wonderful Indonesia.Begitu juga destinasi yang ditampilkan dalam bentuk kotak-kotak adalah destinasi yang belum banyak didengar atau diketahui orang, walau di antara berbagai destinasi non mainstream itu ada destinasi yang sudah sangat kondang di antara wisatawan manca yakni Raja Ampat. Pencantuman destinasi ini mungkin untuk mengimbangi keberadaan destinasi non mainstream. Bukankah kalau ada destinasi yang sudah dikenal, maka pengunjung situs akan tergerak untuk mengaksesdestinasi yang selama ini luput dari perhatiannya? Nuansa internasionalnya terlihat dari pilihan bahasa yang digunakan di seluruh situs ini, yakni bahasa Inggris. Dengan demikian, jangkauan situs ini menjadi amat luas, bukan hanya untuk peminat pariwisata yang bisa berbahasa Indonesia.Dengan demikian misi untuk memperkenalkan pariwisata Indonesia dengan seluas-luasnya telah berada di jalur yang benar.

Situs ini bukan hanya mau bercerita tentang destinasi pariwisata, tapi situs ini juga menyediakan laman-laman interaktif di mana pengunjung bisa berinteraksi dengan sesama pengunjung tentang tempat-tempat yang dikunjunginya. Juga ada informasi mendasar tentang Indonesia, misalnya bahasa yang dipakai, bagaimana mengurus visa ke Indonesia, suku-suku yang ada di Indonesia dan kebiasaan-kebiasaan lain yang banyak dijumpai di Indonesia.

Di samping berbagai kelebihan yang ditunjukkan oleh situs ini, saya mengajukan beberapa usulan agar situs ini bertambah cantik dan semakin dapat membumikan pariwisata Indonesia, khususnya di sepanjang 2014:

1.1. Logo situs yang bertuliskan Wonderful Indonesia ditampilkan utuh. Di layar netbook saya, logo yang terletak di sudut kiri atas hanya terlihat sebagian.

2.2. Nampaknya tulisan Read More tidak diperlukan. Kalau pengunjung mau tahu tentang destinasi yang ada di dalam kotak, maka ia tinggal klik sebanyak dua kali maka keterangan selengkapnya tentang destinasi itu akan terbuka. Pemakaian tulisan read more mengesankan situs ini tidak mengikuti kemajuan teknik teknologi dan ketinggalan zaman.

3. 3. Sebaiknya, akses ke Trip Planner, Booking Online, Online Forum dan satu akses tanpa nama dibuatkan satu kolom di bawah logo Wonderful Indonesia, jadi keberadaannya di sana tidak mengganggu pengunjung saat membaca keterangan selengkapnya mengenai destinasi yang diminatinya. Memang bentuk seperti papan penunjuk jalan akan memberi arti sendiri bagi pengunjung situs, namun pencantumannya mengganggu kenikmatan membaca.

4.4. Adanya fitur Trip Planner sangatlah menolong para pengunjung merencanakan hari-harinya di suatu tempat. Ada baiknya pengelola bekerja sama dengan beberapa travel agent di daerah terkait, sehingga pengunjung bisa memperkirakan biaya yang harus mereka keluarkan kalau merencanakan 3 hari 2 malam di Yogyakarta, misalnya. Hal ini perlu karena di daerah-daerah terpencil tak semua menyediakan ATM maupun fasilitas kartu kredit. Apalagi kalau situs ini dilengkapi dengan pergerakan kurs mata-mata uang terkenal dunia dengan rupiah, pasti akan sangat menolong!

5.5. Jika dimungkinkan, dalam Trip Planner juga dicantumkan apakah yang menanyakan rencana perjalanan itu perorangan atau berkelompok. Ternyata dengan naik daunnya pariwisata di Indonesia, semakin banyak orang-orang paruh baya/ lanjut usia yang bereuni dengan teman-teman sekolahnya dan mereka melakukannya dengan piknik ke berbagai daerah pariwisata menggunakan travel agent. Itu hanya salah satu jenis rombongan yang akhir-akhir ini banyak bermunculan.

6. 6. Informasi yang juga sebaiknya mendapatkan perhatian di berbagai destinasi adalah tentang makanan yang ada di sana, karena rasa itu tidak universal. Pelancong dari Asia Timur kurang menyukai makanan pedas, lalu kalau ia ingin bepergian ke Sumatra Barat yang kebanyakan memakai cabai dalam masakannya, makanan alternatif apa yang dapat diperolehnya di sana. Kalau di kota mungkin ada makanan internasional seperti KFC/ McDonald, tetapi bagaimana dengan di daerah terpencil?

7.7. Mau tidak mau harus diakui bahwa ada perbedaan kemajuan antara Indonesia dengan berbagai tempat di dunia. Salah satu hal yang mungkin masih mengundang keraguan jika orang berkunjung ke Indonesia adalah masalah sanitasi. Banyak kamar mandi kita yang memakai kloset jongkok, dan kalau kita mau memasukkan turis manca maka hal ini harus diatasi. Pada beberapa daerah pedalaman, ada yang masih membuat WC di atas kolam ikan. Tentu saja hal ini akan mengundang kernyit di dahi para turis. Namun kita tak perlu berkecil hati, karena hal tersebut bisa saja menjadi daya tarik para turis manca seiring dengan meningkatnya gaya hidup filantropi, altruistik dan advonturir. Karena itu yang penting adalah bagaimana Indonesia Travel menyajikan informasi kepada para pelancong yang dapat membentuk gambaran menarik di benak mereka, tanpa menutupi kenyataan yang ada.

8. 8. Hal yang tak boleh dilupakan adalah soal transportasi di berbagai destinasi yang ditawarkan tersebut.Tentu saja tidak harus dipaparkan secara detil, namun cukup dapat memberikan gambaran. Misalnya dikatakan bahwa transportasi utama di daerah A adalah becak atau angkutan kota yang disingkat angkot, dll. Paling tidak ada jadwal penerbangan menuju dan keluar dari destinasi tersebut. Kalau hal ini dapat dimunculkan maka situs ini bisa bekerja sama dengan berbagai maskapai penerbangan, bukan hanya dengan Garuda. Bukankah di Indonesia terdapat banyak maskapai penerbangan? Lebih baik lagi kalau ada juga jadwal kereta api. Semakin lengkap lagi jika dicantumkan prakiraan waktu tempuh antara kota satu ke kota lain di sebuah pulau, yang bergantung pada kendaraan yang dipakai.

9.9. Terakhir, kalau melihat bahasa pengantar situs maka situs ini ditujukan pada turis manca, namun ada baiknya juga menyediakan opsi bahasa pengantar situs dengan bahasa Indonesia, karena turis domestik sekarang pun banyak yang ingin mengenal daerah-daerah tujuan pariwisata di luar yang sudah kondang seperti Bali, Yogyakarta, Solo. Bukankah destinasi Bangka Belitong naik daun beberapa tahun terakhir ini setelah diekspos dalam serial Laskar Pelangi? Bukan tidak mungkin daerah lain pun mengalami yang serupa.

Mengembangkan pariwisata memang bukan kerja satu departemen. Instansi terkait lainnya dan berbagai infrastruktur juga dapat turut memajukan pariwisata. Semua itu yang perlu dirangkum dalam situs ini. Makin lama, makin banyak yang melihat pariwisata sebagai hal yang harus digagas, digalang dan menjadi milik bersama bangsa. Majulah pariwisata Indonesiaku!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun