"MENJADI MANUSIA yang BAIK: REFLEKSI FILSAFAT tentang KEBAIKAN"
Manusia sering kali bertanya tentang makna kehidupan dan bagaimana menjadi pribadi yang lebih baik. Dalam refleksi filsafat, menjadi manusia yang baik bukan hanya soal mematuhi norma sosial, tetapi juga tentang memahami diri sendiri, orang lain dan dunia disekitar kita. Esai ini akan menjelajahi konsep kebaikan dalam filsafat, dengan fokus pada teori etika kebajikan dan deontologi.
Menjadi manusia yang baik adalah pertanyaan universal yang melintasi waktu, budaya dan agama. Apa artinya menjadi baik, dan bagaimana kita mencapainya? Filsafat sebagai disiplin yang mencari kebijaksanaan memberikan wawasan mendalam tentang konsep kebaikan dan cara mencapainya. Refleksi filosofis ini mengajak kita untuk memeriksa diri, memahami nilai-nilai universal, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep kebaikan dalam filsafat dapat dibagi menjadi sub-bab yang lebih spesifik yaitu;
ARISTOTELES
Aristoteles memandang kebaikan sebagai tujuan akhir dari kehidupan manusia, yang ia sebut eudaimonia atau kebahagiaan sejati. Kebahagiaan ini tidak semata-mata terletak pada kesenangan, melaikan pada pengembangan keunggulan seperti keberanian, keadilan dan kebijaksanaan. Aristoteles percaya bahwa manusia hanya bisa menjadi baik jika hidup sesuai dangan potensi terbaiknya. Contohnya, seorang pemimpin yang menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi, bukan untuk kebaikan rakyatnya. Aristoteles akan menganggap pemimpin tersebut tidak memiliki kebaikan sejati.
KONFUSIUS
Konfusius juga menekankan pentingnya kebaikan sebagai dasar kehidupan manusia. Menurut KonfUsius manusia yang baik adalah mereka yang menjalankan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab terhadap keluarga, masyarakat dan negara. Seorang teman yang tetap setia dan mendukung temannya dalam kesulitan. Konfusius akan menganggap teman tersebut menunjukkan kebaikan karena mempraktikkan nilai-nilai Zhong (kesetiaan) dan Xin (kejujuran).
Di era modern, manusia menjadi baik dalam menghadapi tantangan yang berbeda. Kehidupan yang semakin kompleks, globalisasi dan kemajuan teknologi menciptakan dilema moral yang sulit dipecahkan. Bagaimana bisa kita tetap menjadi baik ditengah dunia yang sering kali penuh ketidakadilan dan konflik?
Menjadi manusia yang baik berarti bertindak secara autentik , mengakui kebebasan kita, dan bertanggung jawab atas dampak tindakan kita terhadap orang lain. Sebelum bertindak kita harus bertanya, Â "apakah saya ingin semua orang bertindak seperti in?" Pendekatan ini mengajarkan kita untuk mempertimbangkan konsekuensi sosial dari setiap tindakan yang kita lakukan.
Prinsp-prinsip kebaikan yaitu;
1.Mengenali Nilai-Nilai Universal
Kebaikan sering kali melibatkan melibatkan nilai-nilai uniuersal seperti kejujuran, empati, keadilan dan kasih sayang. Dengan menjadikan nilai-nilai ini sebagai pedoman hidup, kita dapat membangun karakter yang baik dan hubungan yang sehat dengan orang lain.
2.Mempelajari Kebajikan Pribadi
Menjadi manusia yang baik membuutuhkan latihan terus menerus dalam hal-hal kecil, seperti membantu orang lain, mengendalikan emosi, atau berbicara dan bersikap jujur.
3.Berempati dan Peduli pada Orang Lain
Dengan memahami perspektif orang lain, kita dapat mengurangi konflik dan menciptakan hubungan yang lebih bermakna.
Tindakan kita memiliki dampak baik besar maupun kecil terhadap diri kita sendiri ataupun orang lain. Menjadi manusia yang baik berarti bertindak dengan kesadaran penuh tentang konsekuensi dari pilihan kita.