Negeriku kaya raya. Rakyatnya lebih banyak yang meralat. Negeriku yang ramah tamah. Tapi kok kekerasan semakin sering terjadi. La ini bukan sembarang kekerasan. Ini kekerasan yang dilakukan oleh perangkat negara yang notabene berkewajiban untuk menjaga keselamatan rakyat. Ah semoga saja saya salah soal ini. Soalnya semakin sering saya lihat beritanya ditivi semakin sering saya bertanya kok bisa terjadi ya? Kisah terbarunya adalah di Sape, Bima. Polisi dan masyarakat baku hantam di pelabuhan. Mereka sama-sama baku hantam. Konon, polisi menganggap masyarakat sudah keterlaluan karena masyarakat yang unjuk rasa itu telah menggunakan fasilitas publik yang bernama pelabuhan. Trus, masyarakat juga tidak bisa diajak negosiasi karena mereka menetapkan harga mati. Ada juga yang mengatakan di tivi: membunuh atau dibunuh. Ya Allah, apa mereka lupa ya kalau kita ini bersaudara. Bukankah itu yang sering disebut-sebut para pemimpin negeri ini. Sebagai saudara tidakkah kita saling menyanyangi?
Saya jadi berfikir begini: kenapa masyarakat kita yang dikenal begitu pemaaf, pelupa, dan ramah tamahbegitu berani melawan pistol yang jelas-jelas bisa membunuh dari jarak jauh. Ayo kita tanya kira-kira apa yang membuat kita begitu berani melawan pistol. Oooh ternyata soal tambang. Tambang emas, katanya. Jadi ingat soal tambang emas di Papua dengan kontrak karyanya yang katanya sangat merugikan. Trus soal gas bumi kita yang hanya untuk diekspor. Soal Newmont dengan divestasinya yang setengah hati. Sebagai pelindung dan pengelola negeri tercinta ini, dimanakan engkau wahai para penguasa negeri ini. Apalagi yang akan engkau lindungi kalo bukan rakyatmu. Bila yang engkau lindungi hanya keluargamu, kronimu, dan harta bendamu. Maka jangan salahkan kami melindungi diri dan keluarga kami dengan cara kami sendiri.
Satu lagi yang saya diceritakan soal harga mati tuntutan masyarakat Sape, kalo perizinan tambang itu tidak bisa dicabut karena Undang-Undangnya menyatakan demikian. Kalo dicabut, negara bisa diajukan ke pengadilan arbitrase dan perusahaan tambang bisa menang. La..siapa yang buat Undang-Undang begitu rupa..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H