Baru aja nonton konferensi pers Jenderal (Purn.) Wiranto di Metro TV.
Penjelasannya panjang apa yang diungkapkannya. Tapi intinya menjawab berbagai issue dan pertanyaan yang berkembang di publik bahwa Jend. (Purn.) Wiranto sebagai atasan Prabowo saat tragedi kerusuhan 1998 juga turut bertanggung jawab atas hal itu.
Karena pada acara Debat Capres yang pertama di mana ketika Pak Jusuf Kalla menanyakan soal komitmen atau apa yang akan dilakukan Prabowo mengenai issue Hak Asasi Manusia, sementara dia sendiri memiliki beban sejarah masa lalu sebagai pelanggar HAM, Prabowo menjawab, "... tanya atasan saya."
Sebagai mantan atasan Prabowo, Pak Wiranto pada konferensi pers itu menjelaskan bahwa Prabowo memang sering bergerak di luar perintah atasannya, mengingat sudah terbiasanya Prabowo sebagai menantu Soeharto saat itu bertindak seenaknya terhadap perwira yang pangkatnya lebih tinggi darinya. Dan lagi tidak ada soal persaingan antara dia dan Prabowo.
Logikanya saat itu dia adalah sebagai Panglima ABRI. Panglima tertinggi di tubuh militer Indonesia, sementara Prabowo ada di bawahnya sebagai Pangkostrad (Panglima Komando Strategis Angkatan Darat). Secara kepangkatan juga pangkat Pak Wiranto dua bintang di atas Prabowo. Bagaimana bisa disebut Wiranto dengki atau iri terhadap Prabowo? Disebut bersaing pun tidak, beda kelas lah. Beda pangkat. Hingga pangkat terakhir Prabowo pun hanya sampai Letnan Jenderal, belum jenderal penuh seperti Wiranto yang berbintang 4.
Memang di kubu orang-orang yang kalahan, segala issue apakah itu logis atau tidak, nalar mereka jalan atau tidak, selama mereka terus menyerang tanpa harus merasa berdosa dengan berbagai fitnah yang dilontarkan, selama itu pula kaum yang haus kekuasaan akan ketakutan jika nanti mereka tidak bisa duduk dalam jabatan yang diinginkannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H