Jika berbicara mengenai rasa nasionalisme, di Indonesia banyak ditunjukkan oleh anak-anak bangsa di bidangnya masing-masing yang membawa 'harum' nama Indonesia ke kancah dunia.
Menurut Hans Khon (dalam Adisusilo, 2009, h.4) nasionalisme tidak hanya berbicara mengenai rasa cinta yang ditunjukkan oleh seseorang kepada satu bangsa, melainkan terdapat pada sikap mental dimana kesetiaan tertinggi dirasakan selayaknya diberikan kepada negara dan bangsa.
Salah satu bidang olahraga yang menjadi kebanggan Indonesia adalah cabang olahraga bulutangkis. Berbagai macam pertandingan dunia sudah ditaklukkan oleh atlet bulutangkis Indonesia, salah satunya adalah Susi Susanti.
Perjalanan dan perjuangan Susi Susanti dalam dunia bulutangkis dituangkan melalui sebuah karya film dengan judul Susi Susanti: Love All yang tayang pada Oktober 2019. Film ini  digarap oleh Daniel Mananta dan Reza Hidayat sebagai produser. Laura Basuki sebagai pemeran utama dalam film ini juga pernah memenangkan Pemeran Utama Wanita Terbaik dalam Indonesian Movie Actors Awards 2019.
Menurut Apret dalam (dalam Adisusilo, 2009, h.6) dalam nasionalisme terdapat tiga aspek didalamnya, diantaranya adalah cognitive, goal / value orientation dan strategic. Aspek cognitive menitikberatkan pada perlunya pemahaman akan situasi konkret sosial, ekonomi, politik dan budaya bangsanya.
Aspek goal ditunjukkan dari adanya cita-cita, tujuan ataupun harapan kedepannya yang ingin diwujudkan atau diperjuangkan dalam masyarakat dan negara. Aspek strategic menuntut adanya perjuangan yang ditunjukkan oleh kaum nasionalis untuk meraih cita-cita bersama melalui perjuangan fisik ataupun diplomosi.
Ketiga aspek tersebut secara tidak langsung tertuang dalam film Susi Susanti: Love All yang mengisahkan tentang perjalanan Susi Susanti dari awal hingga sampai menjadi pemain bulutangkis Indonesia yang mendunia.
Rasa nasionalisme yang ditunjukkan melalui aspek cognitive terlihat pada saat Susi Susanti tetap melakukan perjuangan dalam bulutangkis yang sudah ia tekuni dari kecil, meskipun pada tahun 1998 sedang terjadi kerusuhan dan semua masyarakat Indonesia keturunan Tionghua dipersulit untuk mendapatkan kewarganegaraannya.
Walaupun ia sudah membanggakan nama Indonesia di beberapa pertandingan internasional, namun ia kecewa karena surat kewarganegaraan yang seharusnya ia punya dipersulit dan hanya dijanjikan oleh pemerintah Indonesia.