Mohon tunggu...
Mariana Janis
Mariana Janis Mohon Tunggu... -

Seorang Ibu rumah tangga yang sangat berminat dengan dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[FSC] Lelakiku Di Dekapan Kabut Wamena

13 Agustus 2011   19:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:49 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sayang... Kali ini aku tak sms atau menelpon,aku datang padamu dalam wujud lain, seorang kawan sedang menantangku mengirimkanmu surat cinta. Iya... surat cinta... hal yang tak pernah lagi kulakukan delapan tahun terakhir ini. Simaklah baik-baik apa yang akan aku ungkapkan dan tak apa jika kau tak bisa membalasnya, aku tahu kau paling takut menerima surat cinta karena kau tak tahu cara membalasnya, baca saja Sayang seperti biasa... Sayang... Bagaimana ramadhanmu kali ini ? tahun lalu kita melewatkannya di tempat terpisah kau di kota yang lumayan panas ini, aku di sana tempat yang berkabut itu, dan kini kita terpisah lagi, kau di dalam dekapan kabut Wamena yang dingin dan tanpa pelukanku yang membantumu menghangatkan diri. Aku merindukanmu... tanpa ku tuliskan itu aku yakin kau turut merasakannya bukan ? Aihh... dan sekarang kau pasti sedang meringkuk kesal di sudut kamar karena dingin yang turun dari pegunungan Jayawijaya itu... Sayang... Aku tahu kau bukan Bang Thoyib yang tak pulang-pulang, tapi kapan kita terakhir bertemu ? Dua idul fitri telah lewat tanpa kebersamaan kita , ahhh... satu idul fitri ini rekormu kan menyamai Bang Thoyib, Sayang...  tak apalah... tak apa... sebab kepergianmu terukir jelas niat dan keberadaan pastimu, kau tak sedang hilang ditelan bumi, hanya saja saat ini kau sedang dalam dekapan kabut kota kecil itu dan bergelut dengan hari-harimu yang terisi dengan perangkat ponsel yang telah terpisah, cairan tinner, cairan flux, hangat solder dan blower. Sayang... Jaga emosimu yaa... apalgi saat ini kita sedang berpuasa, sabarlah menghadapi mereka penduduk asli yang katamu keras meski kurang ilmu pengetahuan. Mereka hanya tidak paham bahwa mengerjakan ponsel mereka yang rusak tidak seperti sedang bermain sulap, jangan terpancing emosi dan tetaplah waspada. Jangan sampai lembaran-lembaran biru dan merah yang kau terima itu membuatmu celaka, atau terlupa syukur pada Allah Maha Pemberi Rezki. Sayang... Aku mencintaimu... dalam setiap doaku segala kebaikan untukmu terselip disana, anak-anak pun merindukanmu. Meski tahun ini kau tak pulang lagi, jangan biarkan mereka merasa jauh darimu. Sayang... jangan telat makan dan perbanyak istirahat, aku tak ingin mendengar malaria tropicana menyerangmu lagi. Tetaplah bersujud pada Allah, mohonlah perlindunganNya, jaga dirimu baik-baik Sayang, yakinlah cinta dan kerinduan kami padamu akan membuat hatimu senantiasa hangat dalam dekapan kabut Wamena yang dingin... Mariana Janis, No peserta : 202 NB : Untuk membaca hasil karya para peserta Fiksi Surat Cinta yang lain maka dipersilahkan berkunjung ke Malam Perhelatan & Hasil Karya Fiksi Surat Cinta [FSC] di Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun