Mohon tunggu...
Rhea septian
Rhea septian Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

setiap orang punya mimpi... mimpiku mengubah dunia menjadi lebih baik, tetapi sebelumnya aku akan mengubah diriku menjadi seorang yang punya kualitas dan semangat kerja yang tinggi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Guratan Kanvas dari Daerah Sasando

17 Juni 2013   11:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:54 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puluhan kanvas terpajang di sini, mengelilingi ruangan yang serba putih. Kanvas-kanvas itulah yang membuat ruangan ini berwarna-warni. Sebuah penampilan dari negeri Sasando hadir di kota budaya, Yogyakarta

Tidak banyak yang tahu bahwa NTT memiliki sebuah sisi lain dari bentuk apresiasi seni sekaligus sarana menyalurkan budayanya. Selama ini Daerah NTT hanya terkenal dengan nyanyian, tarian, pesona alam dan suara-suaranya yang merdu. Siapa sangka sekelompok seniman muda yang baru saja selesai menimba ilmu di tanah Jawa meweujudkan mimpi untuk melestarikan budayanya melalui goresan-goresan di atas kanvas.

[caption id="attachment_268421" align="aligncenter" width="300" caption="Taman Budaya Yogyakarta"] [/caption]

Pelataran Taman Budaya sore itu tampat begitu ramai, puluhan motor dan mobil parkir di halamannya. Beberapa pengunjung Nampak keluar masuk ruang pameran TBY. Sebuah banner ptuih bertuliskan Cahaya Dari Timur. Beberapa orang Nampak telah menikmatai beberapa warna-warni kanvas yang telah digoreng dengan unsure seni yang tinggi. Beberapa lainnya terlihat menjelaskan beberapa lukisan yang terpajang di dinding putih itu.

137144270447595071
137144270447595071

Keempat pria bertubuh tegap dengan beberapa helai rambut yang mulai memutih Nampak mengamati sekelilingnya. Beliau adalah bang Fengky Messah, ditemani George Eman, Ever Romi dan Om Jaky Lau. Mereka adalah pengurus sekaligus pencetus berdirinya sebuah komunitas Perupa yang benama ‘Kapur Sirih’. Komunitas ini berpusat di Kupang dengan beranggotakan para seniman NTT yang ada di Kota Kupang.

13714427771350550268
13714427771350550268

“Ketong ini berdiri tanggal 12 Desember 2010. Ketong mau menyatukan seniman NTT yang luar biasa.”ujar bang George Eman sebagai ketua Panitia sekaligus ketua Komunitas Perupa ‘Kapur Sirih’ sambil terus tersenyum sesekali menarik rokoknya.

13714428361788773487
13714428361788773487

Komunitas ini telah berangggotakan 97 orang pelukis asal NTT yang tidak hanya berada di Kupangdan Flores tetapi beberapa dari luar NTT seperti dosen ISI Yogyakarta, mahasiswayang ada di Jakarta. Nama ‘Kapur Sirih’ itu sendiri menurut bang Jemy memiliki filosofi yang mendalam yang berkaitan dengan budaya orang NTT. Kapur, sirih dan Pinang adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari kehidupan harian masyrakat NTT. Pada setiap upacara adat, duduk jamuan keluarga, pertemuan atau musyawarah hingga penerimaan tamu, Kapur Sirih dan Pinang akan selalu menemani dan tidak terlupakan.

13714428851314228990
13714428851314228990

Dalam komunitas perupa ini usia tidak menjadi perbedaan. Semua ide dituangkan dalam goresan warna-warni di atas kanvas dengan luapan emosi yang berbeda. Hampir sebagian besar anggota Perupa Kapur Sirih ini adalah seniman otodidak yang tidak pernah mengeyam pendidikan khusus tentang bagaimana teknik melukis seperti yang pernah diajarkan di pendidikan formal. Tetapi hasil karya mereka mendapat apresiasi yang luar biasa dari Ki Joko Pekik, salah satu maestro lukis yang sangat terkenal.

“Pak Joko memberikan sebuah motivasi yang besar untuk teman-teman seiman di NTT, beliau mengatakan bahwa karya-karya kita ini sangat bagus dan tidak kalah dengan karya pelukis-pelukis terkenal.” Kata bang Jaky dengan senyum bangga.

1371442732627006086
1371442732627006086
Komunitas ini telah beberapa kali mengadakan pameran di luar provinsi NTT seperti NTB, Bali, Padang dan yang terkahir dalam tahun 2013 ini adalah pameran di Yogyakarta. Setiap lukisan yang dipajang pada pameran adalah lukisan terbaru dari anggota komunitas ini. Untuk bergabung dalam komunitas ini tidak ada persyaratan yang sulit hanya bermodalkan bisa melukis dan dapat mengekplor budaya NTT saja maka sudah tergabung dalam Kapur Sirih ini

“Tau to selama ini kita hanya kenal budaya NTT lewat tarian dengan nyanyian. Nah, Komunitas Perupa Kapur Sirih mau tunjukkan sesuatu yang berbeda dari negeri Sasando ini.”kata bang Ever dengan nada riang dan dialek Kupangnya yang kental.

“Kita disini mau maju sama-sama, sebagai seniman daerah. Membangun persaudaraan antar sesama putra daerah NTT. Mampu bersaing secara kolektif dengan keberagaman yang kita punya.”jelas bang Jay Lau yang salah satu lukisannya berjudul Tari Hegong.

137144280067527595
137144280067527595
Cahaya dari Timur memberikan kesan yang berbeda tentang budaya dari Provinsi NTT. Komunitas perupa ini mulai menyiapkan pameran ini lebih dari tiga bulan yang lalu. Untuk pameran ini mereka mendapat dukungan financial dan moril dari pemda Kota Kupang, Taman Budaya Kupang dan Taman Budaya Yogyakarta. Tidak hanya lukisan anggota komunitas, mereka juga menggadeng seniman-semiman muda seperti mahasiswa NTT yang sedang menyelesaikan studi di ISI Yogyakarta.

Matheus Zakeus dan Stenly misalnya, dua orang yang ikut terlibat dalam pameran ini dengan menyumbangkan dua lukisan hasil goresan terampil tangannya pada kanvas. Matheus dengan lukisannya yang berjudul Duniaku. Lukisan generasi penerus seniman-seniman NTT ini ikut bersanding dengan karya-karya seniornya dan tidak kalah menarik perhatian pengunjung.

“Saya sangat tertarik sekali dengan lukisan-lukisan ini. ternyata NTT itu indah, orang NTT itu seniman semuanya, tidak hanya seniman dalam hal menayanyi dan menari tapi juga melukis.”ujar Diaz salah satu pengunjung pameran ini.

Di Yogyakarta mereka menyiapkan kegiatan pameran ini hanya dengan bantuan tenaga dari anggota komunitas dan beberapa mahasiwa NTT yang berada di asrama NTT Yogyakarta. Komunitas perupa ini dalam kegiatannya kali ini hanya membawa Sembilan anggotanya. Meskipun demikian tidak meyurutkan semangat untuk memamerkan hasil karya teman-temannya dan mereka tetap optimis bahwa kegiatan ini mampu meningkatkan pariwisata NTT dan melestarikan budaya dari negeri sasando lewat hal yang berbeda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun