Mohon tunggu...
mariam febrianti
mariam febrianti Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perlawanan terhadap Penetrasi Kolonial

22 Oktober 2019   14:29 Diperbarui: 22 Oktober 2019   15:00 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Selama zaman VOC kepentingan perdagangan sangat di utamakan sehingga keterlibatannya dalam perang-perang intern dan konflik-konflik politik dapat di batasi,maka perannya lebih bersifat reaktif dan oleh karenannya tidak terlalu agresif .Setelah VOC dihapus dan hak serta kekuasaannya diserahkan kepada pemerintahan Hindia-Belanda serta politik pasifikasi dijalnkannya,timbul penetrasi yang semakin intensif  diseluruh kepulauan Indonesia.Sejarah abad ke -19 merupakan rentetan sejarah perang atau perlawanan dalam berbagai bentuk,kesemuannya menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia mampu mengadakan reaksi yang dahsyat terhadap Belanda.

Ada perlawanan-perlawanan yang berskala besar dengan jangkauan waktu panjang serta jangkauan ruang yang luas.Kesemuaannya disebut sebagai perang.Disamping itu tidak terbilang banyaknya pergolokan rakyat yang merupakan gerakan protes yang bersifat local dan berumur singkat,,jadi hanya skala berskala kecil.Bila diukur dari kualitasnya,kedua jenis perlawanan sesungguhnya tidak berbeda pada hakikat,maupun sifatnya.

Sebelum mempelajari perkembangan perlawanan-perlawanan itu,bagaimana terjadinya dan apakah sebab musababnya,apakah akibatnya,serta meninjau keunikan perlawanan masing-masing,perlu dilacak persamaan-persamaan ciri-ciri atau segi-seginya,bagaimana kepemimpinannya,ideology,cara mobilisasi pengikutnya,factor-faktor structural mana yang menentukan jalannya perang atau protes tersebut,dan sebagainya.

Pada umumnya kedatangan orang asing lebih-lebih dengan warna kulit lain dalam masyarakat tertutup atau setengah tertutup menimbulkan situasi konflik.situasi itu dapat mencetuskan permusuhan dengan bangsa pendatang itu atau konfrontasi jasmaniah; lagi pula dalam masyarakat itu sendiri timbul sikap yang berbeda-beda ,ada yang menolak seluruhnya,ada pula yang menerima bangsa asing itu.

Dengan demikian,kedatangan bangsa belanda menyebabkan perpecahan dalam masyarakat .Maka muncullah dikalangan golongan pribumi, pemuka-pemuka yang dapat menggerakkan rakyat untuk melawan.Mobilisasi dapat ditingkatkan bila pemimpin mempergunakan ideology,khususnya ideology religious.Semangat loyalitasdan pengabdiannya memperkuat jiwa perjuangannya melawan pendatang asing.Kepentingan social dalam hal ini tidak ketinggalan untuk membentuk solidaritas kelompok yang kokoh.faktor ideology religious dan kepentingan material saling memperkuat dan mempertajam pertentangan dan konflik Belanda.

Ideologi agama atau tradisional tidak hanya menentukan wajah dan identitas diri sendiri dan kelompoknya,tetapi juga dari orang luar atau orang asing.Dengan demikian,dapat  ditetapkan pula hubungan antar mereka,bersifat damai atau bermusuhan.Ideologi itu dapat memberikan pembenaran dalam menghadapi kelompok lain itu.

Dari peristiwa Sapura sampai pada Pada Perang Aceh semua reaksi yang penuh dengan kekerasan mempunyai nada religious mulai dari keluhan bahwa  Belanda mempersulit kehidupan beragama sampai proklamasi perang sabil.Seperti banyak terjadi pada gerakan-gerakan kecil gejala nativisme sering tampak yaitu menegakkan kembali orde pribumi lama.Dengan dampak penetrasi Belanda yang semakin intensif serta perubahan social-ekonomi yang menyertainya  terciptalah suasana tak menentu ,penuh keguncangan sekaligus kegelisahan.

Disini gambaran mengenai kosmos besar dan kosmos kecil mulai guncang pula sehingga rakyat mengalami krisis identitas baik dari mayarakat manapun dari pribadinya.Situasi seperti itu menyebabkan kondisi yang penuh kecendrungan kea rah gerakan gerakan sosial yang radikal,revolusioner,dan penuh dengan kekerasaan .Gerakan revolusioner disini mempunyai arti terbatas,ialah bertujuan meniadakan situasi baru seperti yang tercipta karena pengaruh penetrasi Belanda.

Suatu reaksi yang berbentuk nativisme atau tradisionalisme memandang semua penyimpangan dari sistem atau stuktur lama tidak baik,maka perlu dihindari atau ditolak,kalau perlu dengan kekerasan .Perubahan yang baru membawa ketidakpastian mengancam keseimbangan hidup.Jadi,wajar kalau dijauhi dan dimusushi.

Faktor religious dalam hal ini akan memperkuat keyakinan serta mempertegas sikap dan tindakkan .Identitas yang diberikan oleh ideologi religius mengenai Belanda dan masyarakat yang diciptakannya menjadi jelas.Belanda adalah kafir yang mengancam kedudukan dar-al-Islam .Wajarlah kalau kedatangan mereka pasti di lawan dengan perang sabil,seperti apa yang terjadi di Minangkabau dan Aceh.

Meskipun perang di ponegoro atau perang di Jawa dipimpin oleh Pangeran Diponegoro yang terkenal sebagai seorang santri,tidak banyak terdengar pekik-pekik sabililah atau disebut-sebutnya perang jihad.Pangeran Diponegoro sendiri merasa mendapat mission(panggilan) untuk menengakkan kerajaan jawa,suatu tugas yang diterimanya secara mistis dari Ratu Adil.Sebagai gerakan,Perang Diponegoro bersifat mesianistis sangat kuat.Oleh karena itu,mampu menggerakan rakyat secara besar-besaran .Karisma atau pulung yang ada pada Pangeran Diponegoro menjadi prinsip kekuasannya sehingga menjadi sangat luas pengaruhnya dikalangan rakyat.Pengaruh Kiai Mojo memperkuatdaya mobilisasi,terutama dikalangan santri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun