Mohon tunggu...
Maria Mediatrix
Maria Mediatrix Mohon Tunggu... Foto/Videografer - mahasiswa

Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Misteri Dentuman Keras Berasal Dari Gunung Anak Krakatau?

15 April 2020   01:49 Diperbarui: 15 April 2020   02:02 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gunung Anak Krakatau meletus kembali setelah aktivitas vulkanik secara aktif terjadi pada tahun 2018 lalu. Meletusnya Gunung Anak Krakatau tentunya menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat Indonesia di saat adanya pandemic Covid-19 yang sedang melanda Indonesia.

Dilansir dari news.detik.com pada hari jumat (10/04/20) lalu Gunung Anak Krakatau Meletus sebanyak dua kali. Pertama terjadi pada pukul 21.58 WIB kemudian, kedua kalinya pada pukul 22.35 WIB. Gunung Anak Krakatau yang Meletus ini mengakibatkan semburan tebal. Namun, pada saat bersamaan masyarakat Indonesia yang berada di daerah Jakarta, Bogor, Depok dan sekitarnya mendengar bunyi dentuman yang sangat keras. Masyarakat bertanya-tanya jika bunyi dentuman keras tersebut berasal dari Gunung Anak Krakatau yang Meletus.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan jika dentuman keras tersebut bukan berasal dari erupsi Gunung Anak Krakatau ataupun aktivitas tektonik dari Gunung Anak Krakatau. Dentuman keras tersebut berasal dari adanya gempa kecil di selat sunda bersamaan dengan meletusnya Gunung Anak Krakatau. BMKG mendapatkan hasil monitoring seismik dari alat sensor eksisting dan sensor baru yang dipasang oleh BMKG beberapa waktu lalu mendapatkan data catatan jika adanya gempa kecil yang terjadi di selat sunda, pada pukul 22.59 WIB dengan magnitudo M 2,4 episenter terletak pada koordinat 6,66 LS dan 105,14 BT tepatnya di laut pada jarak 70 km arah Selatan Baratdaya G. Anak Krakatau pada kedalaman 13 km.  BMKG juga menyatakan jika gempa tersebut memiliki kekuatan yang tidak signifikan sehingga tidak dirasakan oleh masyarakat dan menyatakan jika suara dentuman tersebut bukan berasal dari aktivitas tektonik gempa Gunung Anak Krakatau.

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan jika dentuman keras yang didengar oleh warga DKI Jakarta hingga daerah Jawa Barat tersebut bukan berasal dari erupsinya Gunung Anak Krakatau tetapi melainkan, suara petir yang terdengar lebih keras. Selain itu, laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), dan Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan adanya erupsi tipe strombolin  dengan ketinggian 500 meter pada pukul 00.30 WIB, melansir dari CNNIndonesia.com.

erupsi gunung anak krakatau
erupsi gunung anak krakatau

Masyarakat Indonesia khususnya Jabodetabek mengaku resah akibat adanya informasi akan potensinya Tsunami yang terjadi di Selat Sunda. Namun dilansir dari liputan6.com, menurut Daryono Kabid Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami pada hari sabtu (11/04/20) menyatakan jika hasil monitoring muka laut dengan tide gauge di pantai kota Agung, pelabuhan Panjang, Binuangen, dan Marina Jambu menunjukkan tidak ada perubahan atau pergerakan muka laut. Kemudian juga, hasil monitoring muka laut dengan menggunakan Radar Osean Ware yang berada di Kahai, Lampung dan Tanjung Lesung, Banten, tidak meunjukkan adanya anomali muka laut pada hari Jumat, (10/04/20) lalu.

cuitan twitter
cuitan twitter

Informasi lainnya yang juga beredar di media sosial khususnya Twitter dari cuitan akun @shitnema tersebut jika 4 gunung meletus secara serentak yaitu, Gunung Anak Krakatau, Gunung Merapi, Gunung Semeru, dan Gunung Kerinci. Hal ini tentunya mendapatkan perhatian dari masyarakat Indonesia. Dilansir dari Kompas.com terdapat konfirmasi mengenai Gunung Anak Krakatu meletus bersamaan dengan 3 Gunung lainnya yang berada di Indonesia. Menurut Kasbani, Kepala Pusat PVMBG menyatakan jika erupsi Gunung Api di Indonesia terjadi setiap hari.  

"Kalau laporan letusan terkini pasti ada. Kalau laporan per 6 jam dan 24 jam juga pasti ada, karena harus dihitung, direkap, ditulis, diinput baru dilaporkan. Semua terekap di (aplikasi) Magma Indonesia," kata Petugas Pos Pantau Gunung Anak Krakatau Pasuruan, saat dikonfirmasi melalui pesan singkatnya yang memperkuat pernyataan Kasbani tersebut, melansir dari CNNIndonesia.com. 

Namun, fenomena terjadinya meletusnya Gunung Merapi, Gunung Semeru, dan Gunung Kerinci tidak meletus pada waktu bersamaan akan tetapi, terjadi dalam waktu yang berdekatan dengan meletusnya Gunung Anak Krakatau.


 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun