Para jurnalis tidak menunjukkan suatu definisi yang tetap mengenai arti dari multimedia. "salah satu dari keahlian yang diperlukan menurut jurnalis dari berbagai negara adalah keahlian dalam new multimedia" dirujuk dari studi terbaru yang membuat survey untuk kurang lebih 29.000 jurnalis di seluruh dunia.
Multimedia adalah sebuah kombinasi antara gambar, suara, grafik, dan teks yang memproduksi sebuah cerita ingin disampaikan. Saat ini, kita melihat bentuk berbagai media, mulai dari galeri foto online yang dipadukan dengan teks deskripsi foto, audio slideshows, dan lainnya (Campbell, 2013).
Revolusi digital membuat perkembangan definisi dari multimedia yang menghilangkan batasan antara gambar bergerak dan tidak bergerak. Batasan tersebut telah sejak lama menghilang. Televisi modern menggunakan teknik frame tidak bergerak hanya untuk pembuka dari sebuah tayangan yang berisi nama pemain atau tim produksi dari tayangan tersebut, atau berisikan informasi penting tentang sebuah peristiwa (McAdams, 2014).
Foto jurnalistik selalu dipengaruhi oleh perubahan teknologi dan kedatangan dari sebuah kamera DSLR dengan kemampuan video, kemudian pada 8 Agustus 2008 inovasi tersebut diikuti oleh kamera Nikon D90 Â yang muncul setelah adanya Canon 5D Mark II, yang sekali lagi menyoroti hubungan antara gambar bergerak dan tidak bergerak, yang berkaitan dengan praktek dari kemampuan dual image dalam satu alat kamera.
Multimedia bukan sebuah definisi pasti mengenai satu genre media saja tetapi melainkan perluasan pemahaman dari fotografi, hubungan yang kompleks antara gambar bergerak dan gambar tidak bergerak. Oleh karena itu, Tim Hetherington menyatakan bahwa fenomena multimedia adalah dunia post-photographic. Dunia post-photographic  berisi kehidupan berbagai bentuk media terkuat dari yang pernah ada.
Visual Storytelling membuka kesempatan bagi berbagai komunitas yang memiliki tujuan yang sama mengenai repotase yang berorientasi pada gambar. Area antara foto jurnalistik, video jurnalistik, dokumenter, sinema, dan interaktif storytelling yang berpotensi untuk terpisah. Hal ini tidak membuat suatu genre visual baru melainkan membuah sebuah ruang yang mana jurnalis foto dapat membawa kemampuan estetika mereka dan komitmen untuk membuat sebuah laporan, dan belajar dari mereka yang beroperasi di luar fotografi.
Multimedia storytelling membuat jurnalis untuk bereksperimen dengan kemungkinan dalam menggunakan berbagai macam alat dan teknik. Dalam storytelling multimedia, berbagai media digunakan untuk saling melengkapi komponen dari satu media dengan media lainnya dan terhubung. Fitur yang tidak berguna akan membuat audiens kehilangan ketertarikan mereka akan cerita yang ingin disampaikan. Mengintegrasi semua jenis media, posisi dari sebuah informasi grafik adalah dimana mereka menyajikan cerita tersebut, bukan layout.
Selain itu, dalam storytelling multimedia tulisan yang dibuat secara ringkas dengan membuat rincian topik yang dapat dimasukkan ke dalam storytelling tersebut ataupun dihilangkan dari storytelling tersebut. Dalam multimedia storytelling, kekuatan secara visual dapat menarik perhatian audiens, sehingga audiens dapat melakukan aksi segera setelah membuka multimedia storytelling tersebut.
Multimedia storytelling dikemas dengan beberapa pilihan cara untuk mengarahkan cerita yang akan disampaikan. Dua pengguna dapat menggunakan berbagai macam cara untuk membaca cerita tersebut. Multimedia storytelling menjadi kesempatan bagi jurnalis untuk menyajikan berbagai perspektif dari cerita yang ingin disampaikan.
Beberapa multimedia storytelling membuat interaksi yang aktif dengan pembaca, tetapi sebagian multimedia storytelling juga tidak memungkiri memiliki interaksi yang pasif dengan pembacanya. Pembaca yang hanya scrolling website ataupun pembaca hanya memiliki pilihan untuk klik play atau pause, hal ini menandakan jika cerita tersebut tidak interaktif. Dalam pembuatan multimedia storytelling diberikan hyperlink dapat membantu meningkatkan interaktivitas dengan pembaca.
Pandangan dari jurnalis juga diperlukan dalam multimedia storytelling. Jurnalis yang terlibat dalam kegiatan organisasi maupun permintaan dalam pekerjaan dapat merasakan tekanan mengenai kebenaran pandangan akan cerita yang dibuat oleh jurnalis tersebut. Pengalaman baru yang belum pernah ada dan ditawarkan suatu cerita akan menarik perhatian audiens.
5 Elemen Multimedia
- Video yang berisi aksi, gambaran tempat cerita, karakter dalam cerita, drama, humor, dan lainnya.
- Foto yang berisi refleksi seseorang yang berada dalam cerita, emosi, karakter dalam cerita, dan lainnya.
- Â Suara yang dapat menggambarkan emosi, membuat sebuah mood, refleksi dari seseorang dalam cerita, dan merasakan karakter dari tokoh yang terdapat dalam cerita.
- Basis data, grafik, dan peta yang dapat membantu pembaca dalam membayangkan dan mencerna cerita dengan lebih baik.
- Teks yang berisikan informasi dalam cerita yang akan disampaikan pada storytelling (Multimedia system).