Mohon tunggu...
Maria Lily
Maria Lily Mohon Tunggu... -

aku sudah sampai pada titik ini, ternyata aku bisa..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tidak Ada Kata Malas Untuk Membaca

15 November 2011   09:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:38 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kalau anda mendengar kata baca "baca" , apa yang pertama kali muncul di benak anda ? Hoby saya ? hmmmm malas...? baca lagi...baca lagi...?

Tapi kalau pertanyaannya saya ganti seperti ini, seberapa penting membaca bagi anda? Tentu jawaban yang diberikan beragam. Jika pertanyaan itu saya ditujukan kepada saya, saya akan menjawab membaca sangat penting. Membaca itu menyenangkan, dengan membaca kita tahu banyak hal, mengarungi banyak kisah dan daerah hanya dengan duduk diam di suatu tempat.

Saya pernah membaca sebuah tulisan di Kompasiana yang berjudul "(Model) Perpustakaan Rakyat di Jerman", saya kagum sekali. Pemerintah Jerman benar-benar peduli terhadap pengembangan dan peningkatan SDM melalui kegiatan membaca. Membangun negara dimulai dari hal yang paling sederhana dan mulai dari tingkatan yang paling bawah yaitu masyarakat. Konsep perpustakaan yang nyaman dengan biaya sewa buku yang murah dan didukung oleh sistem yang baik, saya kira baik diadaptasi oleh daerah-daerah di Indonesia, terutama daerah-daerah yang belum disentuh oleh pendidikan yang layak.

Saya jadi ingat masa-masa saat masih SD dan SMP. Saya dan teman-teman begitu bersemangat ke perpustakaan pada saat jam "Perpustakaan" dimulai. Jam "Perpustakaan" adalah waktu khusus yang disediakan sekolah bagi siswa untuk meminjam dan membaca buku yang tersedia di perpustakaan sekolah dan bila diperlukan siswa boleh membawa pulang buku yang belum selesai dibaca. Lulus SMP, saya melanjutkan ke SMA swasta yang kebetulan belum memiliki ruang perpustakaan yang memadai. Buku-bukunya pun didominasi buku-buku seri pelajaran. Kebiasaan saya membaca lambat laun mulai berkurang. Minat membaca yang tidak didukung dengan sarana dan prasarana, membuat saya rindu suasana perpustakaan di SMP  yang bersih, nyaman, dengan buku-buku dan bahan bacaan lain yang cukup lengkap, dan tentu saja membuat saya betah berlama-lama di sana. Di daerah saya memang tidak ada tempat lain selain perpustakaan sekolah yang memilki koleksi bahan bacaan yang banyak dan beragam.

Sekilas kisah sederhana saya di atas, sebenarnya hanya untuk mengajak teman-teman untuk tidak menyerah pada kenyataan yang serba terbatas. Jika teman-teman memang suka membaca dan ingin tahu banyak hal, carilah dan bacalah buku sebanyak-banyaknya. Tidak hanya melalui buku, media komunikasi dan informasi lain tentu saja bisa, yang penting pintar-pintar memilih informasi yang penting buat kita. Tidak ada kata malas untuk membaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun