Mohon tunggu...
Maria Kristi
Maria Kristi Mohon Tunggu... Dokter - .

Ibu empat orang anak yang menggunakan Kompasiana untuk belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Artikel Utama

Sudah Dikompres tapi Masih Demam, Salahkah?

17 April 2014   04:59 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:35 1855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)

[caption id="" align="aligncenter" width="654" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)"][/caption]

“Anak saya demam, sudah dikompres tapi tidak turun.”

Familiar dengan kalimat di atas? Saya iya. Berulangkali saya berhadapan dengan para orang tua yang frustasi karena demam anaknya tidak kunjung turun meskipun telah minum penurun panas dan dikompres. “Sudah saya kompres dengan es tapi demamnya malah makin tinggi.”

Rata-rata dari orang Indonesia mengompres anak dengan menggunakan kain basah yang diletakkan di dahi. Dulu pun saya melakukan hal yang sama. Alasannya sederhana: ketika seorang (anak) demam, bagian tubuh yang teraba paling panas adalah dahi dan kepala, sedangkan bagian lain seperti telapak tangan dan kaki terkadang dingin bahkan pucat. Karena dahi adalah yang teraba paling panas, logis tampaknya jika kita meletakkan kain basah kita di sana untuk menurunkan suhu tubuh, “lebih dingin lebih baik”, tapi benarkah demikian?

Demam disebabkan karena kenaikan “setelan” pengatur suhu kita yang terletak di dalam otak. Normalnya “setelan” suhu tubuh adalah sekitar 36,5 sd 37,5 derajat Celsius, tapi jika terdapat zat yang dapat memicu demam (disebut pirogen) entah dari luar tubuh (seperti bagian dari bakteri, virus, racun) maupun dari dalam tubuh, maka “setelan” suhu ini akan naik dari nilai normalnya. Akibat dari “setelan” tubuh yang naik ini adalah suhu yang biasanya dianggap normal akan dianggap terlalu rendah sehingga tubuh akan berusaha meningkatkan suhu tubuh, salah satunya dengan cara menggigil. Itu sebabnya mengapa ada anak yang menggigil saat demam. Meskipun demikian, demam juga dapat disebabkan hal lain di luar peningkatan “setelan” pusat pengatur suhu di hipothalamus, demam yang demikian dapat disebabkan oleh suhu lingkungan yang terlalu panas, aktivitas yang berlebihan, maupun dehidrasi. Demam pada keadaan-keadaan tersebut tidak disertai dengan menggigil.

Mengompres adalah tindakan praktis yang sangat membantu menurunkan demam, jika dilakukan secara benar. Mengompres berarti kita berusaha menurunkan suhu tubuh saat demam. Meskipun dahi/kepala adalah bagian yang teraba paling panas, namun mengompres di bagian tersebut tidak memberikan hasil yang nyata. Mengapa demikian?

Pusat pengatur tubuh memang berada di dalam otak, namun saat mengompres di dahi bagian yang kita dinginkan hanyalah bagian luar dari batok kepala, bukan dalamnya. Kita dapat menurunkan suhu tubuh jika kita dapat mempengaruhi suhu darah. Pada demam yang disertai dengan peningkaan “setelan” pusat suhu, kita membantu darah segera mencapai “suhu normal” dengan air hangat, sedangkan pada demam tanpa peningkatan “setelan” pusat suhu dengan menurunkan suhu darah. Karena targetnya adalah darah, maka kita harus mencari tempat di mana darah berada paling dekat dengan kulit tempat kita mengompres.

Kulit di daerah dahi hanya memiliki pembuluh darah yang ukurannya kecil-kecil sehingga mengompres di daerah ini tidak memberi efek penurunan suhu yang nyata, bahkan setelah minum obat penurun panas. Daerah tempat pembuluh darah besar berada dekat dengan kulit adalah tempat ideal untuk meletakkan kain kompres kita. Daerah tersebut antara lain: leher, lipatan ketiak, dan lipat paha. Kain yang dibasahi dengan air biasa (jika anak tidak menggigil) atau air hangat (jika anak menggigil) dapat diletakkan di tempat-tempat tersebut dan diganti tidak lama berselang. Jangan membiarkan kain kompres berlama-lama di atas kulit tanpa diangkat karena hal tersebut akan mengganggu proses pengeluaran panas. Jangan pula menggunakan air dingin karena penurunan suhu yang terlalu cepat malah akan membuat anak menggigil dan demamnya bertambah tinggi.

Bagaimana dengan mengompres menggunakan alkohol? Alkohol adalah zat yang mudah menguap sehingga dipercaya mengompres menggunakan alkohol akan menurunkan suhu dengan lebih cepat. Hal ini benar, namun kita perlu memikirkan efek samping dari penggunaan alkohol pada kulit ini. Alkohol dapat mengeringkan kulit dengan cepat, membuat kulit menjadi lebih rapuh daripada sebelumnya. Selain itu, kulit dapat pula menyerap alkohol yang diletakkan di atasnya sehingga masuk ke dalam peredaran darah. Karenanya penggunaan alkohol untuk mengompres tidak direkomendasikan.

“Bagaimana dengan menyelimuti anak yang sedang menggigil saat demam? Apakah kita boleh memberikan kaus kaki dan sarung tangan pada anak yang sedang menggigil?”

Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus melihat ulang pelajaran IPA kita dulu tentang proses perambatan panas. Panas dapat hilang dari tubuh dengan beberapa cara: konduksi, konveksi, dan radiasi. Menyelimuti anak dengan selimut tebal selama anak demam akan menghambat kehilangan panas lewat radiasi. Logikanya seperti minum kopi panas, jika kopinya masih panas dan saya tutup, kopi itu tidak lekas dingin bukan? Begitu pula dengan anak yang sedang demam. Namun jika kita tidak tega dengannya, bolehlah kita beri selimut yang tipis. Sekedar untuk menutupi badannya tanpa membuat demam anak tidak segera turun.

Semoga bermanfaat (^_^)v

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun