Mohon tunggu...
Maria Kristi
Maria Kristi Mohon Tunggu... Dokter - .

Ibu empat orang anak yang menggunakan Kompasiana untuk belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kenal Lebih Dekat dengan Real Food

6 Oktober 2024   06:31 Diperbarui: 6 Oktober 2024   08:20 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh menu real food (dokumen pribadi) 

Apakah Anda sering mendengar istilah real food akhir-akhir ini? Real food adalah makanan yang diolah dengan cara sederhana sehingga hasil akhirnya mendekati bentuk aslinya, dan kaya nutrisi. Istilah ini sering dikacaukan dengan clean eating yang merupakan pola makan. Jadi, clean eating adalah pola makan dan real food adalah makanan.

Selain sering dikacaukan dengan clean eating, real food juga sering disalahartikan dengan makanan-makanan yang dimasak dengan cara direbus dan dikukus saja, atau dimakan mentah. Ubi kukus, kentang kukus, sayuran rebus, yang kemudian diberi sedikit garam dilabeli sebagai real food sehingga makanan yang menyehatkan ini dianggap tidak sedap dan tidak menyenangkan. Padahal seharusnya tidak begitu.

Sejatinya, real food adalah makanan yang diolah dengan cara sederhana dan minim proses. Cara masaknya dapat dengan direbus, dikukus, dan ditumis. Banyak masakan asli Indonesia yang termasuk ke dalam kategori real food, tentunya dengan rasa yang lebih sedap ketimbang real food ala Barat. Pecel, trancam, gado-gado, tumis kangkung bahkan ayam goreng dan udang goreng tepung juga merupakan real food. Intinya, real food adalah makanan yang pengolahannya nggak aneh-aneh.

Saya sendiri adalah salah satu pemakan real food, tepatnya setelah selesai kuliah dan hidup mandiri. Oya, waktu kecil saya juga pemakan real food sebab itu yang disediakan oleh orang tua kami. Alasannya sederhana: real food jauh lebih murah ketimbang makanan olahan dan jauh lebih mengenyangkan. Hanya saja, memang diperlukan usaha lebih untuk dapat mengkonsumsi real food secara kontinyu, seperti berbelanja di pasar tradisional dan belajar memasak, namun setelah terbiasa dengan keduanya maka hidup menjadi jauh lebih mudah dan murah.

Mengkonsumsi real food juga membuat saya jadi jauh lebih sehat ketimbang saat masih ngekos dan makan makanan olahan dan beli jadi. Mengangkat keranjang belanja yang penuh berisi bahan makanan keliling pasar merupakan "latihan" beban sekaligus kardio, ini saya lakukan minimal seminggu sekali. Biaya makan yang jadi lebih murah membuat saya lebih leluasa memilih makanan dan memenuhi kebutuhan gizi. Makan makanan seimbang nutrisinya membuat saya kenyang lebih lama dan seratnya membantu untuk buang air besar setiap hari sehingga perut terasa lebih nyaman. Badan yang lebih enak membuat kerja lebih mudah dan rupiah mengalir lebih deras (eh).

Setelah berkeluarga, pola makan ini pun saya teruskan. Selain memang lebih hemat dan memuaskan, mengkonsumsi real food juga membuat kami sekeluarga lebih jarang sakit. Saat ini, anak saya yang sudah sekolah diminta untuk membawa bekal snack (kudapan) empat kali seminggu. Apa yang saya bawakan sebagai kudapan? Buah lokal yang sedang musim. Sedangkan saat dia harus membawa nasi beserta lauk dan sayur, maka ayam atau daging beserta potongan tomat atau ketimun merupakan pilihan yang sehat dan mudah dibuat.

Akhir kata, real food adalah makanan yang sebaiknya kita biasakan untuk dikonsumsi. Selain menyehatkan, mengkonsumsi real food juga baik untuk kesehatan finansial kita. Memasak real food pun tidak ribet, karena sejatinya real food adalah makanan yang diolah dengan cara sederhana dan nggak neko-neko.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun