Wah, sudah mau Kompasianival lagi ya? Hm ... Siap-siap milih Kompasianer favorit deh.
"Tahun ini aku mau jadi Kompasianer of the year, paling nggak terverifikasi biru," tulis saya sebagai salah satu poin resolusi tahun baru di awal tahun kemarin. Yah, meskipun saya tidak terlalu percaya pada yang namanya resolusi tahun baru, nggak ada salahnya ikut latah kan?
Hasilnya bisa ditebak. Sedikit sekali tulisan yang saya publikasikan di Kompasiana sepanjang tahun 2019 ini. Jangankan jadi Kompasianer of the year atau terverifikasi biru, naikkan poin saja tidak.
Sebetulnya sudah cukup lama saya bergabung di Kompasiana. Tulisan ketiga saya di tahun 2014 menjadi headline, dulu masih di rubrik "ibu dan anak". Saking bangganya punya tulisan di laman utama Kompasiana, hampir semua teman yang saya temui hari itu saya paksa untuk membaca tulisan itu. Hehe ... Norak ya?
"Lha, kalau sudah nulis dari 2014 (yang berarti sudah 5 tahun menjadi anggota keluarga Kompasiana), kenapa masih centang hijau saja Kris?"
Gini lho, masalahnya saya nulis kalau sedang mood saja. Nah, mood ini datangnya jarang-jarang. Tapi biasanya tulisan yang dihasilkan bakal bagus kalau pas mood. Sudah gitu, saya nggak konsisten lagi. Kadang nulis artikel kesehatan, kadang tentang tulis-menulis, kadang ya cerita nggak jelas kaya gini. Hanya tulisan politik dan bola saja sepertinya yang tidak pernah saya buat. Nggak ngerti soalnya.
"Memang kalau nulis di Kompasiana harus satu topik ya?"
Ya nggak juga sih. Tapi namamu bakal lebih dikenal kalau nulis di satu topik. Kaya Bu Lis Suwasono yang (dulu) rajin nulis fiksi, Opa Tjiptadina Effendi di rubrik Humaniora, Giri Lumakto di dunia digital, dan sebagainya.
"Ya sudah, kalau gitu nulis satu topik saja."
Penginnya sih gitu. Tapi kadang, males saja kalau harus terkungkung di satu topik. Saya kan orangnya bosenan.
"Ya sudah, kalau gitu nulis topik-topik lain saja. Yang penting konsisten."