Mempunyai anak adalah salah satu harapan dari pasangan yang telah menikah (terlepas bahwa ada juga yang tidak berharap memiliki keturunan). Ada pasangan yang tidak mematok anaknya harus laki-laki atau perempuan (yang penting sehat) namun ada pula yang menginginkan jenis kelamin tertentu untuk bayinya.Â
Biasanya pasangan yang mengharapkan jenis kelamin tertentu ini terjadi pada anak kedua atau seterusnya (kakaknya sudah laki-laki, sekarang ingin perempuan). Bisa juga pada suku-suku tertentu untuk memperoleh "penerus keturunan" misalnya Batak (penerus laki-laki) dan Padang (penerus perempuan)Â
Terlepas dari banyaknya mitos tentang cara memilih jenis kelamin bayi yang beredar di luaran sana, mitos-mitos tersebut tidak akan saya bahas dalam artikel ini, dalam artikel ini yang akan dibahas adalah cara berlandaskan pengetahuan medis. Sama sekali tidak bermaksud untuk menjurus ke arah bacaan porno. Secara garis besar ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menentukan jenis kelamin bayi, meskipun tidak dapat dijamin 100%. Cara tersebut adalah bayi tabungdan perhitungan masa subur/ metode Shettle.
Bayi tabung
Pada program bayi tabung, sperma dan ovum (telur) dipertemukan di laboratorium. Hal inilah yang menyebabkan prosesnya disebut bayi tabung: bayinya dibuat dalam tabung (eh?). Biasanya bayi tabung dilakukan oleh pasangan yang sulit mempunyai anak, bisa karena jumlah spermanya yang kurang atau pergerakan sperma yang kurang baik.Â
Teoritis, sperma pembawa kromosom Y Â berbeda bentuknya dengan sperma pembawa kromosom X. Ketika bertemu dengan ovum, sperma pembawa kromosom Y akan menghasilkan bayi laki-laki sedangkan sperma pembawa kromosom X akan menghasilkan bayi perempuan.Â
Sperma pembawa kromosom Y memiliki bentuk kepala yang lebih lonjong dibandingkan sperma pembawa kromosom X. Inilah yang menjadi dasar cara memilih jenis kelamin bayi pada program bayi tabung, meskipun sekali lagi, hal ini tidak 100% menjamin ketepatan pemilihan jenis kelamin bayi.Â
Metode Shettle
Metode yang ditemukan oleh dr. Landrum Shettle ini memiliki dasar ilmiah berupa masa hidup sperma dan sel telur / ovum. Dalam praktiknya, pemilihan jenis kelamin bayi menggunakan cara ini sangat berhubungan dengan waktu ovulasi calon ibu. Ovulasi adalah proses keluarnya sel telur /ovum yang sudah matang dari ovarium.
Dasar pemikiran metode ini adalah sperma pembawa kromosom X hidup selama 3x24 jam dalam saluran kelamin perempuan sedangkan sperma pembawa kromosom Y hanya hidup 1x24 jam meskipun demikian, ia bergerak dengan jauh lebih cepat. Sel telur sendiri hanya mampu hidup 1x24 jam sejak keluar dari ovarium.
Dengan demikian, jika ingin memiliki anak perempuan, pasangan dianjurkan untuk berhubungan suami-istri 2 hari sebelum ovulasi. Harapannya agar sperma pembawa Y sudah mati ketika terjadi ovulasi.Â