Mohon tunggu...
Maria Kristi
Maria Kristi Mohon Tunggu... Dokter - .

Ibu empat orang anak yang menggunakan Kompasiana untuk belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Waktu yang Tepat untuk Menyapih Bayi

23 November 2015   09:20 Diperbarui: 23 November 2015   09:44 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapan bayi boleh disapih adalah pertanyaan yang paling sering ditanyakan oleh ibu-ibu yang baru mempunyai bayi, terutama jika itu adalah bayi pertama. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) saat ini adalah 6 bulan. Dulu waktu saya masih bayi, rekomendasi yang disampaikan pada ibu-ibu dan kader posyandu (sewaktu gadis, ibu saya seorang kader posyandu) adalah 4 bulan. Jadi, menjawab pertanyaan di atas, bayi boleh disapih pada sekitar usia 4-6 bulan. Tapi kalau mau dapat sertifikat air susu ibu (ASI) eksklusif ya ibu harus menyusui bayinya sampai usia 6 bulan.

Apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif?

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan (atau minuman) lainnya sampai bayi berusia 6 bulan. Air putih juga tidak. Jadi jika bayi Anda pernah minum air putih, walaupun hanya 1 sendok, gugurlah kesempatannya untuk dapat “lulus” sebagai bayi ASI eksklusif. Bagaimana dengan pemberian obat? Tenang, obat tidak dihitung sebagai salah satu yang “menggugurkan” pemberian ASI eksklusif.

Kembali ke pertanyaan kapan bayi boleh disapih. Di atas saya telah menuliskan jawabannya, yaitu sekitar usia 4-6 bulan. Pertanyaan selanjutnya adalah “Mengapa?” Jawabannya adalah karena pada rentang usia itulah sistem percernaan bayi sudah siap menerima bentuk makanan yang lebih padat dari ASI. Beberapa bayi siap pada usia 4 bulan, lainnya 5 bulan, namun sebagian besar baru siap pada usia 6 bulan. Oleh sebab itulah rekomendasi penyapihan bayi pada usia 4 bulan (pada waktu saya bayi) diubah menjadi 6 bulan. Pertimbangannya sebagian besar bayi sudah siap.

“Tapi bayi saya lapar.”

Oh ya? Dan bagaimana cara Anda mengidentifikasi bahwa bayi Anda lapar sehingga memberinya bubur bayi? Kebanyakan orangtua dan orangtua dari orangtua bayi (baca: kakek-nenek, kebanyakan nenek) mengasumsikan bayi mereka masih lapar karena lidahnya masih keluar-masuk mulut setelah disusui. Bayi itu jadi terlihat seperti mencecap minta makan. Sebenarnya ini adalah asumsi yang agak keliru. Mungkin benar bayi mereka masih ingin menyusu pada ibunya, namun memberinya makanan padat (dulu trennya pisang ulek, saat ini beralih ke bubur bayi) akan menimbulkan masalah baru.

Keluar-masuknya lidah pada bayi itu sesungguhnya adalah cara bayi menghisap ASI dari ibunya. Bayi tidak menghisap ASI dengan gerakan yang sama dengan yang kita lakukan saat menyedot minuman menggunakan sedotan, namun dengan memijat areola (daerah yang kehitaman di sekeliling puting ibu) ibunya menggunakan lidah. Kami menyebutnya sebagai reflek hisap.

“Mengapa memberinya makanan membuatnya berada dalam masalah?”

Karena reflek hisap ini adalah salah satu tanda bahwa bayi belum dapat menerima makanan selain ASI. Bukan hanya daerah mulut yang belum siap namun juga ususnya. Jadi jangan berikan makanan lain pada bayi yang masih menunjukkan tanda ini. Akibatnya akan saya tuliskan di artikel lain, demikian pula dengan pemberian makanan sapihan yang tepat. Jika dituliskan di sini akan jadi terlalu panjang.

Salam sehat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun