Mohon tunggu...
Maria Kristi
Maria Kristi Mohon Tunggu... Dokter - .

Ibu empat orang anak yang menggunakan Kompasiana untuk belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ini PR matematikaku, mana PR matematikamu?

28 September 2014   19:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:11 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini dunia maya sedang ribut mempermasalahkan 4x6 atau 6x4. Saya sendiri berpendapat kalau 4+4+4+4+4+4 itu dibaca 6 kali 4, jadi ada 6 kali angka 4 yang muncul. Tapi ya semua tergantung pada sudut pandang orang yang membahas dan berhubung saya bukan ahli matematika, bukan kapasitas saya untuk ikut berdebat tentang PR seoang anak kelas 2 SD.

Bagaimanapun pembahasan tentang PR matematika yang cukup heboh itu mengingatkan saya pada salah satu PR yang diberikan guru matematika saya. Bukan waktu saya kelas 2 SD namun waktu saya kelas 2 SMP. PR yang begitu menantang saya sehingga sampai pukul 12 malam saya belum tidur karena penasaran untuk memecahkannya dan baru tidur setelah “dipaksa” menyerah oleh ibu saya. Memang, waktu itu guru matematika saya sangat luar biasa. Pak Bambang namanya, itu saja yang saya ketahui tentang beliau. Setahun saja beliau mengajar di SMP kami setelah itu beliau berpindah sekolah. Sayang sekali beliau tidak lebih lama menjadi guru matematika saya, mungkin saya akan mengambil jurusan matematika jika dua tahun saya diajar oleh beliau.

Baiklah, ini adalah PR matematika saya yang diberikan waktu saya kelas 2 SMP.

[caption id="attachment_344782" align="alignnone" width="1175" caption="Ada sebuah persegi berukuran 10 x 10 cm seperti di atas. Hitunglah luas daerah yang berwarna abu-abu."][/caption]

Ada sebuah persegi dengan panjang sisi 10 cm. Hitung luas daerah yang berwarna kelabu (sebelumnya saya mohon maaf karena gambar saya tidak begitu rapih).

Yak, soalnya sesederhana itu. Saya hanya menggunakan penggaris dan jangka untuk membuatnya. Tapi tidak demikian dengan mengerjakannya.

Akhirnya setelah menit demi menit berlalu, jam-jam berlalu, hingga hari berlalu, saya menyerah. Bukan menyerah karena kalah, tapi menyerah dengan penasaran, berharap esok hari akan mendapat jawabannya.

Keesokan harinya seperti yang diduga tidak satupun di kelas yang dapat mengerjakan soal tersebut. Guru kami menerangkan bagaimana menjawab soal tersebut dengan begitu indah, membuka wawasan kami (atau boleh dikatakan membuka wawasan saya, karena sebelumnya saya tahu cara menghitung luas setengah daun, luas daun, namun kalau dua daun ditumpuk seperti gambar ini saya belum tahu caranya). Setelah terbuka mata hati dan wawasan berpikir, hari itu saya pulang dengan perasaan yang jauh lebih baik.

Bisa dikatakan betapa kagetnya saya ketika 3 tahun kemudian, di kelas 2 SMA saya mengetahui bahwa soal PR matematika saya itu adalah soal untuk olimpiade matematika untuk tingkat SMA! Ahaha.. tapi tidak apa-apa, saya tidak keberatan saat pikiran saya dibuka untuk melihat dari sisi yang lebih luas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun