Selama menjadi perantau, saya memilih menghabiskan liburan panjang di rumah. Rumah menjadi tempat yang sangat nyaman untuk beristirahat setelah belajar giat dan bekerja keras di tanah orang. Istilahnya men - charge. Mengisi kembali jiwa dan raga agar dapat berproduktif secara optimal saat sudah waktunya kembali ke perantauan.
Tapi ada yang berbeda kali ini. Untuk pertama kalinya, saya merasa jenuh di rumah. Liburan yang dihabiskan dengan menonton tv, makan dan tidur menjadi sangat membosankan.
Bahkan, melihat oppa - oppa tampan nan berani di drama korea pun terasa tidak terlalu menyenangkan (Maaf ya oppa Song Joong Ki, oppa Gong Yoo, oppa Yo ah in, dan oppa lainnya. Saranghaee..).
Seperti dapat membaca pikiran saya (atau karena melihat wajah saya yang merengut dari pagi), Bapak menawarkan suatu ide cemerlang, “Jalan - jalan yok” katanya sambil menepuk pundakku. Tanpa pikir panjang, saya berteriak lantang “AYO!”
Perjalanan ke perbatasan Indonesia-Malaysia
Langit cukup mendung saat saya dan Bapak memutuskan untuk mengusir kebosanan dengan melakukan perjalanan jauh. Setelah berunding cukup ketat. Kami memutuskan untuk pergi ke Jagoi Babang. Jagoi Babang merupakan salah satu pintu yang membatasi wilayah Indonesia - Malaysia, tepatnya Malaysia bagian Serawak. Jagoi Babang terletak di Kabupaten Bengkayang, Kalimatan Barat.. Memang, Jagoi Babang bukanlah pintu utama untuk pergi ke Negeri Jiran.
Jika ingin melihat pintu perbatasan yang besar dan megah, Entikong-lah tempatnya. Namun, aku dan Bapak memilih melakukan perjalanan yang menantang dan anti - mainstream.
Meskipun langit mendung dan tampak sejuk, jangan pernah berharap banyak dengan kota Tugu Katulistiwa. Jam masih menunjukkan pukul 10 saat kami berangkat dari rumah tapi saya sudah berkipas-kipas saja. Hal ini lah yang membuat saya selalu menggunakan kaos dan celana pendek kemana - mana. Untungnya dalam perjalanan ini kami menggunakan kendaraan roda empat. Kalau tidak, bisa – bisa sampai di Jagoi Babang, saya sudah berubah menjadi ikan teri kering.
Perjalanan dari Pontianak ke Jagoi Babang memakan waktu sekitar 6 - 7 jam jika melewati jalur Kabupaten Bengkayang dengan menggunakan kendaraan roda empat. Jalan tidak begitu ramai. Mungkin karena sudah banyak kantor yang tidak lagi libur. Jalan lebih banyak dipenuhi oleh bus, mini - travel dan truk - truk pengangkut barang.
Sesekali, Bapak membuka jendela untuk menyapa pengendara lain saat hendak mendahului. Tapi lebih sering menyapa dengan menggunakan klakson mobil. Jalanan memang tidak terlalu luas, lebar jalan kira - kira hanya bisa dilalui oleh dua truk. Wah sangat menyeramkan jika berpapasan dengan truk tronton.