Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature

Peringatan Hari Sungai, Cukupkah?

27 Juli 2012   04:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:34 1056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_202851" align="alignnone" width="576" caption="aliran Sungai Citarum yang tercemar limbah pabrik  (doc. Cita-Citarum)"][/caption]

Hari ini, Jum’at 27 Juli 2012 untuk pertamakalinya kita memperingati Hari Sungai Nasional  sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2011 pasal 74: “Dalam rangka memberikan motivasi kepada masyarakat agar peduli terhadap sungai, tanggal ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini ditetapkan sebagai Hari Sungai Nasional.”

Mengapa peringatan ini menjadi penting? Karena:

Merawat Sungai , Merawat Kehidupan”  Demikian judul lukisan Tita Larasati , pelukis dan dosen  FSRD ITB yang dirangkainya khusus untuk memaknai betapa hidup kita amat tergantung pada sungai.

[caption id="attachment_202852" align="alignnone" width="403" caption="Sungai, urat nadi kehidupan, by Tita Larasati"]

1343341089254914176
1343341089254914176
[/caption]

Sesuai dengan kisah ketika ribuan tahun yang lampau, kota-kota besar di dunia mengawali peradabannya di sepanjang sungai. Sungai adalah sumber air dan sarana transportasi. Sebagai contoh adalah Sungai Citarum  yang menjadi urat nadi kehidupan  provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta. Airnya dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan mulai dari memasak, mencuci hingga pertanian. Sungai Citarum melayani kebutuhan 25 juta jiwa, mengairi 240.000 hektar sawah dan menghasilkan 1.400 megawatt listrik.

Tetapi apa yang kita lakukan terhadap Sungai Citarum?  Sungai Citarum hanya dipahami sebatas makna pemberi kehidupan. Selebihnya tidak ada upaya pemeliharaan. Mulai dari penggundulan daerah hulu, alih fungsi daerah aliran sungai (DAS) sebagai kawasan perumahan serta menjadi tempat membuang segalanya: kotoran manusia, sampah rumah tangga, kotoran hewan hingga limbah pabrik.

Akibatnya Sungai Citarum mengalami laju sedimentasi 10 juta meter kubik per tahun (Dishut Jabar 2011). Selain itu data Jasa Tirta II menunjukkan bahwa waduk Jatiluhur sudah mengkhawatirkan karena jumlah air yang tersedia di bendungan hanya 2,98 milyar meter kubik. Padahal kebutuhan mencapai 3,63 milyar meter kubik. Sehingga terjadi defisit air 0,65 milyar meter kubik.

Mamaknai sungai secara primitiflah yang membuat orang gemar membuang sampah di sungai. Mengapa primitif? Karena pada jaman dahulu kala jumlah penduduk masih sedikit. Membuang sampah ke sungaipun tak terlalu bermasalah karena sudah terurai sebelum aliran sungai melewati kampung berikutnya.

Berbeda dengan abad millenium ketika jumlah penduduk berkembang dengan cepat. Mereka memerlukan tempat tinggal dan daerah aliran sungai (DAS) adalah wilayah tak bertuan yang paling menarik untuk dibangun perumahan liar.

Pertambahan penduduk berarti bertambah pula sampah yang dihasilkan. Dan bagi penduduk sepanjang aliran sungai, membuang sampah ke sungai merupakan solusi termudah. Cepat terbawa arus dan gratis!  Apapun dibuang ke sungai mulai dari sisa makanan hingga mebel seperti kursi patah, kasur bolong dan mebel lainnya yang sudah tidak dikehendaki.

Tetapi sampah yang paling merusak adalah berbagai plastik dan limbah industry. Sifat plastik yang tidak mudah hancur (baca : Jangan Terkecoh Kantung Plastik Ramah Lingkungan)menyebabkan sampah plastik berkumpul di lautan menjadi santapan burung laut dan binatang lainnya. Biota laut mati tetapi sampah plastik tetap ada. Sesuai sifatnya yang tidak dapat terurai hingga ratusan tahun lamanya.

[caption id="attachment_202853" align="aligncenter" width="445" caption="sampah di sepanjang aliran air sungai  (dok. Alfred Sitorus)"]

13433412241621185335
13433412241621185335
[/caption]

Sedangkan limbah pabrik tidak hanya meracuni air sungai tetapi juga merembes dan mengkontaminasi air sumur warga. Sangat berbahaya karena tubuh tidak mampu mengurainya sehingga terakumulasi sebagai racun dalam tubuh.

Karena itu tak berlebihan apabila pemerintah harus bertindak tegas:

  • Melarang izin pembangunan di arah hulu sungai yang mengakibatkan penggundulan hutan.
  • Mulai melaksanakan undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan dimana perusahaan yang membuang limbahnya ke sungai akan dibekukan izin usahanya. Dalam kasus ini termasuk peternakan sapi yang membuang kotoran ternaknya ke sungai.
  • Membangun septitank komunal di sepanjang sungai dan mulai memindahkan penduduk yang bermukim di sepanjang aliran sungai (DAS) ke rumah susun sederhana (rusunawa/rusunami) karena umumnya pembangunan di DAS adalah bangunan liar.
  • Melakukan kontrol ketat pada produk plastik. Karena tidak hanya mencemari lingkungan , produk plastik  yang kini beredar tidak ramah bagi kesehatan kita. (silakan lihat bagian bawah produk plastik, umumnya tidak mencantumkan nomor/klasifikasi produk)

Mengapa pemerintah? Karena masyarakat sudah bergerak membersihkan dan melindungi sungai Ciliwung, Cikapundung, Cisadane yang mengalir ke sungai Citarum. Tapi ibarat membersihkan sampah di tempat pembuangan sampah akhir (TPA), semua gerakan menjadi sia-sia apabila pemerintah cuek bebek tidak peduli. Seolah mereka bukan bagian masyarakat juga.

Peringatan hari Sungai Nasional hendaknya jangan menjadi seremoni belaka. Karena kehancuran sungai itu nyata. Dampaknya terjadi pada manusia dan pembangunan berkelanjutan. Apakah kita akan mewarisi sungai penuh kotoran ataukah sungai yang terpelihara  ekosistemnya, semua kembali pada cara pandang dan langkah nyata kita. Masih sanggupkah kita meneguk air minum ketika menyadari bahwa limbah pabrik hingga kotoran hewan dan manusia  pernah hinggap disitu?

**Maria Hardayanto**

Sumber data:  Kompas .com

[caption id="attachment_202943" align="aligncenter" width="431" caption="Beberapa maket untuk menginventarisir masalah s. Citarum"]

1343371275187912575
1343371275187912575
[/caption] [caption id="attachment_202944" align="aligncenter" width="469" caption="maket penunjuk masalah s. Citarum di BPLHD"]
13433714461719096785
13433714461719096785
[/caption] [caption id="attachment_202945" align="aligncenter" width="519" caption="kompleksitas masalah s. Citarum"]
13433715971911963154
13433715971911963154
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun