Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Jalan Berliku Kota Bandung Menuju Adipura

22 November 2015   16:02 Diperbarui: 23 November 2015   00:27 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Akhirnya Kota Bandung mendapat anugerah Adipura"][/caption]Jika tidak aral melintang, tanggal 23 November besok, Ridwan Kamil sebagai walikota Bandung akan menerima penghargaan Adipura, lambang supremasi tertinggi di bidang pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan, yang selama 17 tahun hanya ngicepan (mengerdipkan sebelah mata) dari jarak jauh. Padahal Kota Bandung pernah meraihnya di tahun 1987, 1989, 1992, 1993, 1996 dan 1997. Sesudah itu jangankan mendapat penghargaan, Kota Bandung malah dinobatkan sebagai Kota Terkotor di tahun 2005.

Bagaimana rasanya tinggal di kota yang dijuluki Kota Terkotor? Duh, pingin tutup muka rasanya. Malu! Anugerah yang ngga banget jika tidak mau dikatakan menyakitkan. Penyebabnya bisa dituduh bahwa sampah gagal kirim ke Leuwigajah yang kala itu mengalami tragedy longsor dan mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia.

Tapi sebetulnya sih salah warga Bandung juga. Seperti yang saya tulis disini, sampah yang hancur dalam waktu seminggu jangan dicampur sampah berumur ratusan tahun. Jadi deh keluar gas metan yang mencari-cari celah dibalik gundukan sampah yang kian lama kian meninggi. Hingga akhirnya duarrrrrr……, gunung sampah buatan manusiapun longsor, mengakibatkan bencana kemanusiaan. Bencana yang dibuat manusia sendiri, seperti banjir dan tanah longsor.

Karena itu sebesar apapun usaha Kota Bandung untuk kembali meraih Adipura, berakhir gagal lagi dan gagal lagi. Banyak faktor penyebab, salahsatunya adalah minimnya partisipasi warga. Warga tidak pernah dilibatkan. Hingga akhirnya Ridwan Kamil terpilih sebagai Walikota Bandung Adipuramasa jabatan 2013 – 2018. Banyak yang menaruh harapan Kota Bandung akan kembali menjadi Kota Kembang di masa kepemimpinannya.

Ya, apa sih yang kurang dari pak Emil, nama panggilan Ridwan Kamil. Sosok ini tidak hanya diganjar banyak penghargaan tapi rajin blusukan sebelum memutuskan naik panggung kontestasi pilkada Kota Bandung. Berbekal Blackberry, mengenakan jacket hijau tentara, duduk lesehan, dia mendengarkan masalah sampah yang dipaparkan Ketua Forum Hijau Bandung, Mohamad Bijaksana Junerosano (kala itu) dan menuliskannya di twitter. Khas pak Emil banget.

Sehingga bisa diprediksi bahwa sosok tersebut paham masalah jauh sebelum terpilih sebagai Walikota Bandung. Kemudian merancang tujuan peningkatan indeks kebahagiaan warga. Jadi tujuan lain (meningkatnya kesehatan, pendidikan, perekonomian, lingkungan hidup) hanyalah raihan antara untuk menuju target utama yaitu meningkatnya indeks kebahagiaan.
Jelas untuk meraih keberhasilan pak Emil ngga bisa sendirian, dia butuh pendukung. Baik komunitas yang sudah ada maupun kolaborasi yang baru muncul sehubungan dengan keberpihakan terhadap arah kemajuan yang ingin diraih.

[caption caption="Bandung Juara Bebas Sampah di BCCF, di Jalan Purnawarman 70 Bandung"]

[/caption]Salah satunya adalah Bandung Juara Bebas Sampah (BJBS), suatu kolaborasi lintas lembaga. serta individu-individu yang peduli Kota Bandung. Mereka mengumpulkan data, berdiskusi, mencari solusi-solusi. Hasil diskusi BJBS silakan dibawa ke kesatuan kerjanya (PD Kebersihan, BPLH) atau malah anggota BJBS meminta data dari instansi yang bersangkutan. Komunikasi intens terjalin melalui grup WhatsApp (WA) dan setiap bulan bertemu di tempat yang dijanjikan. Padahal, duh dulu sulit banget mencari data, kita harus melalui beberapa meja, menerangkan panjang lebar sebelum akhirnya memperoleh informasi yang dibutuhkan. Sekarang cukup buka percakapan di WA , ^_^

Walaupun kolaborasi ini berhasil mengumpulkan sejumlah dana yang berasal dari kocek pribadi anggota serta ada 2 administrasi yang mengelola data, tidak ada buah karya yang langsung dihasilkan BJBS. Karena anggotanya sepakat membuat aksi dan mencari dana mandiri untuk membiayainya.

Contohnya pembuatan peta persampahan Kota Bandung, BebasSampahID, bukan hasil karya BJBS walau dikerjakan anggota BJBS. Termasuk diantaranya GPS (Gerakan Pungut sampah), #1000tumbler dan acara nol sampah ( zero waste event) sewaktu nonton bareng Persib yang dikomandoi BDGcleanaction.

[caption caption="#1000tumbler pengganti air minum kemasan"]

[/caption]Dari sini kita bisa melihat polanya bahwa BJBS mengedukasi warga agar perilakunya berubah. Karena akar masalah sampah terbesar adalah perilaku warga, sebesar apapun usaha pemerintah daerah, jika warganya ngga punya kesadaran ya mirip menebar garam ke lautan, ngga ada hasilnya.

Tentu saja kampanye perubahan perilaku ini harus seiya sekata dengan gerak pemerintah kota, sehingga tak heran pak Emil mengarahkan setiap satuan kerjanya untuk melakukan gerakan pungut sampah (GPS), agar peduli akan kebersihan daerah kerjanya, lokasi tempat tinggalnya dan tidak geuleuh (jijik) pada sampahnya sendiri. Dengan harapan akan menular pada yang selama ini ngga peduli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun